Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Anggota Parlemen AS Kunjungan Mendadak ke Taiwan, Apa Tujuannya?

Kompas.com - 29/11/2021, 21:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: DW Indonesia

 

TAIPEI, KOMPAS.com - Lima anggota parlemen Amerika Serikat (AS) pada Jumat (26/11/2021) pagi waktu setempat mendadak mengunjungi Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.

Kelompok bipartisan anggota parlemen dari Dewan Perwakilan Rakyat AS ini tiba di Taiwan pada Kamis (25/11/2021) malam dan berencana untuk bertemu dengan para pemimpin senior termasuk Tsai, kata American Institute di Taiwan, kedutaan de facto negara itu. Tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan tentang rencana perjalanan mereka.

Kunjungan itu dilakukan di tengah kembali meningkatnya ketegangan antara Taiwan dan China dalam beberapa dekade terakhir. Taiwan telah memiliki pemerintahan sendiri sejak keduanya terpisah dalam perang saudara pada tahun 1949, tetapi China menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya.

Baca juga: China Kirim 27 Pesawat Tempur Masuk Zona Pertahanan Udara Taiwan

''Ketika berita tentang perjalanan kami bocor kemarin, kantor saya menerima pesan keras dari Kedutaan Besar China, yang meminta saya untuk membatalkan perjalanan ini,'' demikian Elissa Slotkin dari Partai Demokrat Michigan yang juga bagian dari delegasi ini menulis di akun Twitter-nya.

''Kami di Taiwan minggu ini untuk mengingatkan mitra dan sekutu kami, setelah dua tahun yang penuh pergolakan, bahwa komitmen dan tanggung jawab bersama kami untuk kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan aman tetap lebih kuat dari sebelumnya," ujar Mark Takano, perwakilan dari Partai Demokrat California.

Takano juga menambahkan bahwa hubungan AS dengan Taiwan tetap ''kokoh dan teguh karena hubungan di antara kami semakin dalam.''

Bukan kunjungan pertama

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang menyambut anggota parlemen dan Direktur American Institute in Taiwan (AIT) di Kantor Kepresidenan di Taipei, mencatat kerja sama kedua belah pihak dalam urusan veteran, masalah ekonomi dan perdagangan sambil menegaskan kembali hubungan wilayah itu dengan AS.

''Taiwan akan terus meningkatkan kerja sama dengan Amerika Serikat untuk menegakkan nilai-nilai kebebasan dan demokrasi dan untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan ini,'' ujar Tsai.

Ini adalah kunjungan ketiga anggota parlemen AS ke Taiwan pada tahun ini dan hanya selisih beberapa minggu setelah kunjungan enam anggota Kongres dari Partai Republik. Delegasi itu antara lain bertemu dengan Presiden Tsai, Sekretaris Jenderal Keamanan Nasional Wellington Koo dan Menteri Luar Negeri Joseph Wu.

Pada bulan Juni, tiga anggota Kongres terbang ke Taiwan untuk menyumbangkan vaksin Covid-19 yang waktu itu sangat dibutuhkan.

Sumbangan vaksin Moderna sebanyak 25 juta dosis dari Amerika Serikat untuk Taiwan pada bulan Juni 2021AP PHOTO/TAIWAN CENTERS FOR DISEASE CONTROL via DW INDONESIA Sumbangan vaksin Moderna sebanyak 25 juta dosis dari Amerika Serikat untuk Taiwan pada bulan Juni 2021
Pemerintahan Biden juga telah mengundang Taiwan ke pertemuan tingkat tinggi Summit for Democracy pada bulan depan, dan langsung mendapat teguran keras dari China.

"Apa yang dilakukan AS membuktikan bahwa apa yang disebut demokrasi hanyalah dalih dan alat untuk mengejar tujuan geopolitik, menekan negara lain, memecah belah dunia, melayani kepentingannya sendiri dan mempertahankan hegemoninya di dunia,'' kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, Rabu (26/11/2021).

Baca juga: Presiden Taiwan: Eropa dan Taipei Harus Pertahankan Demokrasi Bersama

Pemilu Honduras menambah ketegangan China-AS tentang Taiwan

Janji pemilu yang diungkapkan oleh calon presiden terkemuka Honduras untuk merangkul China dan mengesampingkan Taiwan jika dia menang pemilihan umum pada Minggu (28/11/2021) telah mendorong ketegangan diplomatik antara Beijing dan Washington. Kedua negara raksasa ini juga tengah merebutkan pengaruhnya di negara Amerika Tengah ini.

Calon presiden Honduras Xiomara Castro yang berhaluan kiri mengatakan dalam manifesto pemilihannya bahwa dia "tentu saja" akan berusaha untuk membangun hubungan formal dengan Beijing jika dia menang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com