Volker Perthes, utusan khusus PBB untuk Sudan yang membantu menengahi antara faksi-faksi militer dan sipil setelah kudeta, mengatakan pada Rabu (24/11/2021) bahwa unjuk rasa itu adalah "ujian kredibilitas" bagi perjanjian itu.
Dia mendesak pihak berwenang untuk mengizinkan demonstrasi berlanjut "tanpa pertumpahan darah atau penangkapan sewenang-wenang".
Baca juga: UPDATE Demo Kudeta Sudan, 40 Demonstran Tewas
Di tempat lain di Sudan, di wilayah Darfur barat, sedikitnya 35 orang dilaporkan tewas, setelah pertempuran beberapa hari antar-penggembala, dengan lebih dari seribu rumah dibakar, menurut para pejabat Kamis (25/11/2021).
Kekerasan pecah pada 17 November antara penggembala Arab bersenjata di pegunungan Jebel Moon dekat perbatasan dengan Chad, menurut Omar Abdelkarim, Komisaris Bantuan Kemanusiaan Sudan di negara bagian Darfur Barat.
Darfur dirusak oleh perang saudara yang meletus pada 2003. Konflik ini mengadu pemberontak etnis minoritas yang mengeluhkan diskriminasi, terhadap pemerintah Bashir yang didominasi Arab.
Lebih dari 300.000 orang tewas dan 2,5 juta mengungsi, menurut PBB.
Baca juga: Massa Pro-demokrasi Sudan Gelar Pembangkangan Sipil Berskala Besar, Tolak Kudeta Militer
Bashir, yang dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional untuk menghadapi tuduhan genosida di Darfur, dipenjara pada 2019 menyusul protes massal terhadap pemerintahannya selama tiga dekade.
Konflik utama di Darfur telah mereda, dengan kesepakatan damai yang dicapai dengan kelompok pemberontak utama tahun lalu. Tapi wilayah gersang itu tetap dibanjiri senjata dan kekerasan sering meletus karena perebutan tanah, akses ke pertanian atau air.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.