Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Varian Delta Tiba-tiba Menghilang dari Jepang, Pakar Kebingungan

Kompas.com - 22/11/2021, 21:25 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Pakar disebut kebingungan setelah gelombang kelima Covid-19, yang disebabkan varian Delta, menghilang secara dramatis dari Jepang.

Pada pertengahan Agustus, "Negeri Sakura" sempat mengalami puncak dari virus corona, dengan 23.000 kasus per hari.

Kini, angka penularannya hanya di kisaran 170-an, dengan korban meninggal berada di lingkup satu digit pada bulan ini.

Baca juga: Didesak PBB Bebaskan Jurnalis Pelapor Covid-19 Pertama, Begini Jawaban Keras China

Penularan itu disebut karena tingginya angka vaksinasi, kepatuhan publik terhadap anjuran memakai masker, dan faktor lainnya.

Meski begitu, peneliti menerangkan penurunan ini begitu unik, komparasinya dengan negara yang menerapkan kebijakan serupa.

Ituro Inoue, pakar genetika di National Institute of Genetics menjelaskan teorinya kepada harian lokal Japan Times.

Dia meyakini, Jepang cukup beruntung varian Delta membasmi galur Covid-19 lainnya, sebelum dia memusnahkan diri.

Untuk beberapa waktu, Inoue dan timnya meneliti mutasi SARS-Cov-2, dan bagaimana mereka terdampak protein nsp14, yang penting untuk reproduksi virus.

RNA virus, seperti yang menyebabkan Covid-19, cenderung memiliki tingkat mutasi sangat tinggi, membantu mereka beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Baca juga: 5 Penyebab Lonjakan Covid-19 di Eropa, Bahaya Berpuas Diri Saat Vaksinasi Tinggi

Tetapi, mutasi tersebut juga membuka pintu untuk apa yang disebut "bencana kesalahan", ketika mutasi yang buruk menumpuk, menyebabkan kepunahan suatu galur.

Dalam pandangan Inoue, protein nsp14 diyakini menawarkan proffreading yang membantu genom virus berada di bawah ambang "bencana kesalahan".

Dalam kasus gelombang kelima yang menghantam "Negeri Sakura", protein nsp14 ternyata gagal menjalankan tugasnya.

Dilansir RT Minggu (21/11/2021), Inoue dan timnya mengumpulkan spesimen genetika dari Juni hingga Oktober.

Bertentangan dengan harapan timnya, ternyata mereka menemukan kekurangan keragaman genetika pada sampel yang diambil.

Sementara sampel lain yang mereka kumpulkan juga punya perubahan di bagian A394V, yang terkait dengan protein pembetulan.

Baca juga: Belajar dari Lonjakan Covid-19 Eropa, Vaksin Saja Tidak Cukup

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com