Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumbang Miliaran Dollar ke Negara, PSK di Thailand Minta Diakui secara Resmi

Kompas.com - 12/11/2021, 19:42 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

PATTAYA, KOMPAS.com - Sebelum pandemi, kawasan yang dikenal dengan nama "Walking Street" di kawasan wisata Pattaya di Thailand dipenuhi dengan turis dan warga setempat di tengah gemerlapnya lampu dan suara musik yang keras setiap malam.

Namun, sekarang Pattaya yang terletak sekitar 149 km dari ibu kota Bangkok sepi, seperti "gurun pasir" kata beberapa orang.

Kursi-kursi bar tertumpuk dan berdebu, lampu tidak lagi berkelip, dan tanda "Disewakan" dipasang di berbagai bar, kelab malam dan restoran di sepanjang jalan tersebut.

Baca juga: Skandal Marguerite: PSK Simpanan Pangeran Inggris, Pemeras Pria Kaya, dan Pembunuh Suaminya

Bagi pekerja seks berusia 41 tahun, Doa, Pattaya sekarang terasa seperti kuburan.

"Pattaya sebelumnya adalah kota yang tidak pernah tidur. Dulu ada begitu banyak orang, sehingga kadang seperti tidak ada tempat untuk berdiri," katanya kepada ABC.

"Sekarang begitu sepi, sendirian dan merana."

Seluruh kawasan hiburan di Thailand sudah menutup diri dari kegiatan selama hampir dua tahun terakhir.ABC NEWS/MARK DOBBIN via ABC INDONESIA Seluruh kawasan hiburan di Thailand sudah menutup diri dari kegiatan selama hampir dua tahun terakhir.
Pattaya adalah salah satu gambaran yang dialami Thailand semasa pandemi, di mana banyak kawasan "lampu merah" lain di Bangkok, Phuket, Chiang Mai juga meredup.

Karenanya, pendapatan para pekerja seks yang menggantungkan hidup di kelab malam juga mengering.

Mulai 1 November, Thailand akan membuka lagi perbatasan internasional bagi pelancong asing yang sudah mendapat vaksinasi penuh dari 60 negara yang dianggap berisiko rendah, termasuk Australia.

Namun, bar dan pusat hiburan masih ditutup karena pemerintah was-was virus bisa menyebar di tempat-tempat tersebut.

Para pekerja seks khawatir masih akan diperlukan waktu beberapa tahun sebelum keadaan kembali normal.

Industri miliaran dollar yang beroperasi dalam bayang-bayang

Dao adalah satu dari sekitar 50.000 pekerja seks yang mengais rezeki di Pattaya sebelum pandemi.

Pakar mengatakan di seluruh Thailand jumlahnya mungkin empat kali lebih besar.

Ibu dari lima anak tersebut sekarang mendapat penghasilan yang sangat sedikit dalam seminggu, lebih sedikit dari pendapatannya per jam sebelum pandemi.

"Tentu tidak cukup untuk hidup. Saya harus menggunakan tabungan saya dan juga hampir habis," katanya.

"Tujuan utama adalah bekerja agar anak-anak saya bisa sekolah, jadi saya perlu ada pekerjaan."

Dao mengatakan Pattaya 'sepi dan sendirian' karena turis asing tidak ada lagi yang datang.ABC NEWS/MARK DOBBIN via ABC INDONESIA Dao mengatakan Pattaya 'sepi dan sendirian' karena turis asing tidak ada lagi yang datang.
LSM yang mendukung para pekerja seks, Service Workers in Group (SWING) sudah membantu Dao dengan memberikan tempat berjualan di pinggir jalan, meski dia kadang masih melayani kebutuhan seks warga lokal.

Tapi pendapatannya masih tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.

"Saya masih lebih suka bekerja sebagai pekerja seks seperti yang saya lakukan sebelum pandemi," kata Dao.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com