KOMPAS.com - Palestina punya sosok yang benar-benar berperan penting dalam upayanya menjadi negara merdeka.
Dialah Yasser Arafat, yang dikenal sebagai ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Perjuangannya di PLO amat panjang, dari 1969 hingga menjelang kematiannya pada 2004.
Pria kelahiran Kairo pada 1929 ini, berada di garis depan, mewakili Palestina dalam perselisihan dengan Israel selama bertahun-tahun.
Baca juga: 11 November 2004: Yasser Arafat Meninggal Dunia
Dilansir Britannica, dia berperan mengawal sengketa perbatasan, gerakan pembebasan, hingga upaya mencapai perjanjian damai.
Awal perjuangannya dimulai saat dia masih remaja, Arafat yang berada di Kairo mulai menyelundupkan senjata ke Palestina.
Ini digunakan melawan orang-orang Yahudi dan Inggris, yang mengambil peran administratif di tanah Palestina.
Arafat yang menempuh pendidikan di Universitas Faud I, memutuskan bergabung dengan pasukan tanah air melawan orang-orang Yahudi dalam Perang Arab-Israel pada 1948.
Baca juga: Yasser Arafat: Tokoh Perjanjian Damai untuk Tanah Palestina atas Konflik dengan Israel
Perang dimenangkan kaum Yahudi Israel dan jadi cikal bakal pendirian negara Israel.
Perjuangan belum berakhir. Pada 1958, Arafat dan beberapa rekannya mendirikan Al-Fatah, jaringan bawah tanah yang mendorong perlawanan bersenjata melawan Israel.
Pada pertengahan 1960-an, Arafat meninggalkan Kuwait dan terus melancarkan serangan ke Israel.
Pada 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang menyatukan sejumlah kelompok dengan visi negara Palestina merdeka terbentuk.
Pada 1969, Fatah masuk ke dalam PLO menjadi faksi terbesar. Arafat menjabat sebagai ketua Komite Eksekutif PLO.
Baca juga: Pengadilan Israel Sita Aset Gedung Milik Yasser Arafat di Yerusalem
Arafat terus mengembangkan PLO, dari Palestina ke Yordania.
Raja Hussein sempat mengusirnya sehingga ia memindahkannya ke Lebanon.