Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentagon: Serangan Drone AS yang Tewaskan 10 Warga Sipil Afghanistan Tidak Langgar Hukum

Kompas.com - 04/11/2021, 09:38 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Hasil investigasi Pentagon menyatakan, serangan drone Amerika Serikat (AS) di Kabul pada Agustus yang menewaskan 10 warga sipil Afghanistan, tidak melanggar hukum apapun.

Laporan tersebut diungkapkan Letnan Jenderal Sami Said, inspektur jenderal Angkatan Udara AS pada Rabu (3/11/2021), seraya mengakui itu adalah kesalahan tragis.

Sebanyak tiga orang dewasa, termasuk seorang pria yang bekerja untuk kelompok bantuan AS, dan tujuh anak-anak, tewas dalam operasi 29 Agustus, dengan target yang diyakini adalah rumah dan kendaraan milisi ISIS.

Baca juga: Cerita Pilu Warga Afghanistan, Keluarganya Tewas Kena Tembak Saat AS Serang ISIS-K

“Penyelidikan tidak menemukan pelanggaran hukum, termasuk Hukum Perang. Kesalahan eksekusi dikombinasikan dengan bias konfirmasi dan gangguan komunikasi yang disayangkan menyebabkan korban sipil,” ujar Letjen Sami Said dikutip dari AFP.

"Itu adalah kesalahan murni," kata Said kepada wartawan di Pentagon.

"Tapi itu bukan tindakan kriminal, tindakan acak, kelalaian," lanjutnya.

Said mengatakan, orang-orang yang terlibat langsung dalam serangan itu benar-benar percaya mereka mencegah serangan yang akan terjadi.

Serangan tersebut terjadi saat evakuasi puluhan ribu warga Afghanistan yang dipimpin AS setelah Taliban menguasai negara itu.

"Target serangan yang dimaksudkan, kendaraan, isinya, dan penumpangnya, benar-benar dinilai pada saat itu sebagai ancaman yang akan segera terjadi terhadap pasukan dan misi AS di Bandara Internasional Hamid Karzai," kata laporan.

Namun, dikatakan interpretasi intelijen dan pengamatan mobil yang ditargetkan dan penumpangnya selama delapan jam sangat tidak akurat.

"Yang mungkin salah bukan intelijennya, tapi korelasinya dengan rumah tertentu," kata Said.

Baca juga: Pentagon Akhirnya Akui Serangan Drone ke Kabul Bunuh 10 Warga Sipil

Militer AS yakin bahwa pihaknya menargetkan milisi ISIS yang merencanakan serangan terhadap operasi evakuasi, tiga hari setelah serangan bom bunuh diri di bandara yang menewaskan 13 anggota militer AS dan sejumlah warga Afghanistan.

Mobil itu diduga berisi bahan peledak seperti yang digunakan dalam serangan sebelumnya.

Setelah penyelidikan awal, Pentagon pada 17 September mengakui itu adalah kesalahan tragis.

Pentagon berujar bahwa anggota keluarga yang masih hidup akan diberi kompensasi.

Said mengatakan, tidak ada satu titik kegagalan atau seseorang yang harus disalahkan atas kesalahan tersebut.

Dia juga berkata, bukan tanggung jawabnya untuk memutuskan apakah seseorang harus dihukum karena kesalahan tersebut.

Baca juga: Kerabat 10 Korban Tewas akibat AS Salah Tembak Mengira ISIS-K, Ditawari Kompensasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Global
Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com