Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Hari Unjuk Rasa Berdarah Pakistan Berakhir, Kelompok Garis Keras dan Pemerintah Capai Kesepakatan

Kompas.com - 01/11/2021, 08:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Pemerintah Pakistan mencapai kesepakatan dengan partai sayap kanan Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) yang terlarang, untuk mengakhiri protes 10 hari yang mengakibatkan bentrokan dengan kekerasan.

Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi dan pemimpin agama Mufti Muneebur Rehman ikut serta dalam pembicaraan tersebut, tetapi tidak memberikan rincian kesepakatan pada konferensi pers di ibu kota, Islamabad, pada Minggu (31/10/2021).

Baca juga: Taliban Kirim Pejabatnya Bertugas ke Kedutaan Besar Afghanistan di Pakistan

“Rincian dan hasil positif dari kesepakatan itu akan muncul di hadapan bangsa dalam waktu sekitar satu minggu,” kata Rehman, yang mengaku mendapat dukungan dari pemimpin partai TLP Saad Rizvi.

Ribuan pendukung TLP melancarkan “long march” dari Lahore menuju Islamabad pada 22 Oktober. Mereka mendesak pembebasan pemimpinnya, Rizvi, yang ditangkap tahun lalu karena menghasut para pendukung untuk menggelar protes anti-Perancis.

Kelompok ini juga menuntut pengusiran duta besar Perancis karena penerbitan serangkaian karikatur Nabi Muhammad oleh majalah satir Perancis Charlie Hebdo.

Paramiliter Pakistan Rangers dikerahkan untuk menghentikan para pengunjuk rasa agar tidak melanjutkan perjalanan menuju ibu kota.

Pawai protes melihat para pendukung bentrok dengan polisi di beberapa titik di sepanjang jalan. Setidaknya tujuh petugas polisi dan empat demonstran tewas dan banyak yang terluka di kedua sisi.

Baca juga: Video Rayakan Kemenangan Pakistan Viral, Ratusan Pelajar Kashmir Dituntut UU Teror India

Kekerasan meletus sehari setelah pemerintah Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menolak permintaan kelompok itu, untuk menutup kedutaan Perancis dan mengusir utusan Perancis.

Kamal Hyder dari Al Jazeera, melaporkan dari Islamabad, mengatakan negosiasi berlangsung hingga larut malam dan berlangsung lebih dari 12 jam.

Rawalpindi dan Islamabad telah terputus dari seluruh negeri sejak pawai dimulai.

"Protes ini telah menyebabkan kerugian ratusan juta dolar," kata Hyder.

Kerusakan ekonomi dari demonstrasi, yang terjadi di sepanjang jalan raya tersibuk di Pakistan, termasuk kargo yang disita oleh kelompok tersebut dan digunakan sebagai penghalang jalan.

“Rakyat Islamabad menghela nafas lega… Semua orang sekarang akan menunggu untuk melihat bagaimana kesepakatan ini akan dilaksanakan,” tambahnya melansir Al Jazeera pada Senin (1/11/2021).

Komite Keamanan Nasional Pakistan berjanji pada Jumat (29/10/21) untuk menindak keras TLP yang terlarang, jika protes kekerasan berlanjut.

Baca juga: Kapal Selam India Dideteksi Masuk Wilayah Perairan Pakistan

Menteri Penerangan Fawad Chaudhry mengatakan Rizvi tidak dapat dibebaskan tanpa mengikuti proses peradilan, dan para pengunjuk rasa harus kembali ke rumah.

Demonstrasi telah menambah tekanan pada pemerintah Pakistan, karena bergulat dengan krisis keuangan kronis dan inflasi spiral. Kondisi itu telah menekan pendapatan rumah tangga dengan keras.

Partai Rizvi menjadi terkenal dalam pemilu 2018 Pakistan, berkampanye pada satu isu membela hukum penistaan negara, yang menyerukan hukuman mati bagi siapa saja yang menghina keyakinannya.

Pada Oktober 2020, Presiden Perancis Emmanuel Macron mencoba membela karikatur Nabi Muhammad sebagai kebebasan berekspresi.

Rizvi akhirnya menanggapi dengan menyerukan para pendukungnya untuk menggelar protes anti-Perancis.

Komentar Macron muncul setelah seorang pemuda Muslim memenggal seorang guru sekolah Perancis yang menunjukkan karikatur di kelas.

Gambar-gambar itu diterbitkan ulang oleh Charlie Hebdo untuk menandai pembukaan persidangan atas serangan mematikan 2015, terhadap penerbitan karikatur asli.

Baca juga: Ancam Penggal Gurunya seperti Samuel Paty, Murid 17 Tahun di Perancis Ditahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com