Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Mau Tegas, ASEAN Harusnya Mengakui NUG Myanmar Bukan Junta Militer

Kompas.com - 28/10/2021, 21:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

Khin Omar mengatakan “keragu-raguan” ASEAN telah membawa pertumpahan darah lebih lanjut di Myanmar. Dia mencatat bahwa blok regional masih ingin mengundang perwakilan pemerintah militer, bahkan setelah pengecualian Min Aung Hlaing.

Dia memperingatkan krisis politik telah mencapai “titik puncak tanpa tanda-tanda berhenti”, merujuk pada militer yang mengerahkan pasukannya di wilayah utara negara itu.

Menurutnya, lebih dari 250.000 orang terpaksa melarikan diri dari serangan junta. Junta juga merencanakan gelombang operasi baru. Ini kata dia adalah bentuk hukuman kolektif terhadap rakyat Myanmar karena melawan kudeta militer mereka yang gagal.

“Seharusnya sangat jelas bagi ASEAN sekarang, bahwa ASEAN saja tidak dapat mengatasi krisis di Myanmar. Krisis ini diciptakan oleh militer, dan dengan demikian bekerja sama dengan junta hanya akan membawa lebih banyak kerugian bagi rakyat,” katanya melansir Al Jazeera.

Baca juga: Ribuan Militer Myanmar Bergerak ke Utara, PBB Peringatkan Kekejaman Massal Baru

Militer Myanmar telah membenarkan kudeta yang diklaim perlu dilakukan karena dugaan kecurangan pemilu, sebuah klaim yang telah didiskreditkan oleh pengamat pemilu internasional.

Militer Myanmar juga mengatakan bahwa klaim pelanggaran dan pembunuhan oleh pasukan keamanan telah dibesar-besarkan.

Santiago mengatakan semakin jelas bahwa militer tidak berniat mematuhi rencana lima poin ASEAN.

ASEAN, katanya, “tidak punya urusan dalam melegitimasi Min Aung Hlaing”.

Dia pun memperingatkan bahwa blok tersebut tidak boleh mengulangi kesalahannya, dengan menunjuk utusan khusus baru tanpa menguraikan mandat yang jelas, tentang apa yang diharapkan dari para jenderal.

“Jika tidak, kami (ASEAN) akan mengadakan pertemuan tahun depan, dan kami tidak akan mencapai apa pun (solusi).”

Baca juga: Min Aung Hlaing Salahkan Oposisi Setelah Dikeluarkan dari KTT ASEAN

China mau terlibat

Debbie Stothard, koordinator Jaringan ASEAN Alternatif di Burma, mengatakan bahkan China telah menunjukkan kesediaannya untuk bertemu dengan anggota Liga Demokrasi Nasional (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi, partai yang menang telak dalam pemilihan sebelum dilengserkan.

Dia mengatakan hal itu harus diambil sebagai sinyal oleh ASEAN untuk “memimpin dan terlibat dengan NUG”.

Bagi Khin Omar, sembilan bulan terakhir sejak kudeta seharusnya menjadi “seruan untuk membangunkan” ASEAN dan masyarakat internasional, bahwa militer Myanmar hadir “bukan untuk berdialog”.

“Kejahatan militer saat ini dibiarkan karena militer dibebaskan dari kejahatan masa lalu yang mereka lakukan,” katanya.

Baca juga: Junta Militer Salah Urus Myanmar, Perekonomian Bergejolak

Militer pertama kali merebut kekuasaan pada 1962 dan memerintah dengan cengkeraman besi hingga 2011 ketika militer mulai mengizinkan beberapa reformasi.

Mereka dituduh melakukan pelanggaran terhadap etnis minoritas dalam konflik yang telah berlangsung lama di daerah perbatasannya, serta terhadap Rohingya pada 2017.

Saat itu, ratusan ribu dari sebagian besar minoritas Muslim melarikan diri ke Bangladesh, setelah tindakan keras militer brutal, yang sekarang menjadi subjek penyelidikan genosida.

Agar setiap pembicaraan dapat dilanjutkan, Khin Omar mengatakan, ASEAN harus terlebih dahulu menuntut militer Myanmar untuk menghentikan kekerasan.

“Jika kita ingin berdialog … mari kita pastikan bahwa junta ini menghentikan semua serangan kekerasan terhadap rakyat Myanmar terlebih dahulu. Ini harus menjadi patokan minimum untuk dialog apa pun (untuk diikuti). Kalau tidak, saya tidak melihat titik dialog.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com