Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Ditahan di Rumah Pemimpin Kudeta, PM Sudan Dibebaskan

Kompas.com - 27/10/2021, 15:24 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Guardian,AFP

KHARTOUM, KOMPAS.com - Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok dilaporkan dilepaskan setelah dijadikan tahanan di rumah pemimpin kudeta.

Kantornya menerangkan, Hamdok dipulangkan pada Selasa malam waktu setempat (26/10/2021), dan diawasi secara ketat.

Sementara para menterinya dan sejumlah pemimpin sipil masih ditahan, dalam kudeta yang terjadi pada Senin (25/10/2021).

Baca juga: Jenderal Militer Sebut Kudeta Sudan demi Hindari Perang Saudara

PM Sudan sejak 2019 itu ditempatkan di rumah pemimpin kudeta, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dilansir The Guardian.

Burhan berkilah Abdalla Hamdok dalam pengawasannya "demi keselamatannya sendiri", seraya menepati janjinya untuk memulangkan si PM.

Keputusan militer melakukan kudeta dan membubarkan seluruh pemerintahan pada Senin drespons negatif di seluruh dunia.

Pada Selasa, AS sudah mengancam mereka bakal membekukan bantuan kepada Khartoum, langkah yang diikuti Uni Eropa.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres jelang pertemuan dewan keamanan menyerukan supaya Hamdok segera dibebaskan.

Kudeta tersebut terjadi dua tahun pembagian kekuasaan yang rumit antara militer dan sipil, setelah Omar al-Bashir digulingkan di 2019.

Baca juga: AS Hentikan Bantuan dan Ancam Pemimpin Kudeta Sudan dengan Segala Cara

Diwartakan AFP, status darurat nasional dan pembubaran pemerintah yang diumumkan Burhan membuat AS dan sekutunya marah.

Washington, pendukung utama transisi, mengecam aksi yang dilakukan anak buah Burhan sembari membekukan bantuan sneilai ratusan juta dollar.

Sementara Uni Eropa juga mengancam bakal menjatuhkan konsekuensi serius ke Sudan, termasuk menahan dukungan finansial.

"Sudan berisiko kembali dijauhi dunia, dan kehilangan bantuan yang dibutuhkan," ucap Alex Waal, direktur eksekutif World Peace Foundation.

Baca juga: Kudeta Sudan Tewaskan 7 Orang dan 140 Orang Terluka Saat Militer Tembaki Massa


Awal 2021 ini, pemerintahan Hamdok bisa mengakses bantuan uang yang dibekukan selama Omar Bashir berkuasa.

Dampak dari kudeta Senin tersebut begitu kentara, dengan kedutaan besar Sudan di Belgia, Perancis, dan Swiss memilih membangkang terhadap militer.

Toko-toko juga ditutup, merespons seruan supaya masyarakat melakukan pembangkangan massal melawan militer.

"Kami baru akan buka jika pemerintahan sipil dipulihkan,' ujar Hisham al-Amin, salah satu demonstran.

Baca juga: Kudeta Sudan: Militer Bubarkan Pemerintah, Umumkan Keadaan Darurat


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Guardian,AFP

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com