JAKARTA, KOMPAS.com – Lembaga think tank energi Institute for Essential Services Reform (IESR) meluncurkan kajian peta potensi teknis energi terbarukan di Indonesia berjudul Beyond 443 GW Indonesia’s infinite renewable energy potentials.
Peta potensi teknis energi terbarukan yang komprehensif dianggap perlu disiapkan untuk mendukung transisi energi menuju pemanfaatan 100 persen energi terbarukan dan mencapai Indonesia bebas emisi pada 2050.
Sejauh ini, data potensi teknis energi terbarukan Indonesia masih merujuk pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebesar 443,2 gigawatt.
Baca juga: Emisi Masih Meningkat, Aksi Iklim Negara G20 Menjauh dari Ambang Batas 1,5 Derajat Celsius
Data ini pun belum dimutakhirkan sejak 2014. Selain itu, data potensi dari RUEN juga jauh lebih rendah dari potensi energi terbarukan yang sesungguhnya.
“Data potensi energi terbarukan yang tidak optimal akan memengaruhi cara pandang, strategi, serta pembuatan keputusan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia,” kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa.
“Kesalahan ini akan membuat pemerintah dan pelaku usaha tidak optimal merencanakan transisi energi di Indonesia dan formulasi kebijakan untuk mengakselerasi pemanfaatan energi terbarukan. Pemutakhiran data menjadi sangat penting dalam rangka merencanakan transisi energi Indonesia,” sambung Fabby.
IESR menggunakan GIS untuk memutakhirkan data potensi teknis surya, angin, dan air.
Baca juga: Arab Saudi Berambisi Capai Nol Emisi Karbon pada 2060
Mempertimbangkan masalah variabilitas dan sifat intermitensi ketiga jenis energi terbarukan tersebut, IESR juga mengkaji potensi biomassa serta penyimpanan daya hidro terpompa alias pumped hydro energy storage (PHES).
Hasilnya, Indonesia mempunyai total potensi teknis energi surya, angin, air, dan biomassa sebesar 7.879,43 gigawatt dan 7.308,8 gigawatt-jam untuk PHES.
“Biomassa dan PHES dapat digunakan sebagai sumber-sumber pelengkap untuk mengatasi masalah intermitensi dan variabilitas dari energi surya, angin, dan air,” tutur Peneliti Senior dan Penulis Utama Kajian Beyond 443 GW Indonesia’s infinite renewable energy potentials Handriyanti Diah Puspitarini
“Hasil hitungan kami menunjukkan potensi biomassa mencapai 30,73 gigawatt, namun efisiensinya hanya 20 sampai 35 persen sehingga memerlukan PHES,” sambung Handriyanti.
Baca juga: Tak Hanya Mobil Listrik, Bahan Bakar Nabati Juga Penting Turunkan Emisi
Menurut rilis yang diterima Kompas.com, potensi besar ini jika dimanfaatkan secara optimal akan mampu memenuhi seluruh kebutuhan energi di Indonesia.
Kajian dekarbonisasi sistem energi di Indonesia yang dilakukan IESR dan telah dipublikasikan Mei lalu, memproyeksikan kebutuhan kapasitas energi mencapai 1.600 gigawatt pada 2050.
Indonesia dapat memenuhi kebutuhan listrik sebesar 1.600 gigawatt tersebut dari 100 persen energi terbarukan dan mencapai nol emisi pada 2050.
Berdasarkan kajian tersebut, kontribusi utamanya berasal dari 1.492 gigawatt panel surya, 40 gigawatt tenaga air, dan 19 gigawatt panas bumi, dan didukung dengan kapasitas penyimpanan energi yang optimal.
Baca juga: Sumbang Emisi Terbesar, PLTU Batu Bara Harus Dipensiunkan Lebih Cepat
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.