Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenderal Militer Sebut Kudeta Sudan demi Hindari Perang Saudara

Kompas.com - 27/10/2021, 07:56 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

KHARTOUM, KOMPAS.com - Pemimpin militer Sudan membela diri mengatakan bahwa kudeta mereka lakukan untuk menghindari perang saudara karena konflik politik pemerintahan sipil.

Berbicara pada konferensi pers pertamanya sejak mengumumkan kudeta Sudan, Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan mengatakan pada Selasa (26/10/2021) bahwa militer tidak memiliki pilihan selain kudeta karena para politisi menghasut melawan angkatan bersenjata.

Militer Sudan melakukan kudeta pada Senin (25/10/2021), mengakhiri pemerintahan transisi menuju demokrasi, dua tahun setelah pemberontakan rakyat menggulingkan pemimpin militer Omar Al-Bashir.

Baca juga: AS Hentikan Bantuan dan Ancam Pemimpin Kudeta Sudan dengan Segala Cara

"Bahaya yang kita saksikan pekan lalu bisa membawa negara itu ke dalam perang saudara," kata Al-Burhan, merujuk pada demonstrasi menentang prospek kudeta, seperti dilansir Al Jazeera pada Selasa (26/10/2021).

Perdana Menteri Abdalla Hamdok, yang ditahan pada Senin (25/10/2021) bersama dengan anggota kabinetnya yang lain, tidak dilukai, kata sang jenderal militer.

"Perdana menteri berada di rumahnya. Namun, kami takut dia dalam bahaya, jadi dia dipindahkan ke tempat saya, di rumah saya," ujarnya.

Sumber militer mengatakan kepada Al Jazeera pada Selasa (26/10/2021) bahwa Hamdok dan istrinya telah diizinkan kembali ke rumah mereka di Khartoum.

Baca juga: Kudeta Sudan Tewaskan 7 Orang dan 140 Orang Terluka Saat Militer Tembaki Massa

"Tidak jelas berapa jauh pembebasannya dan apakah ia akan diizinkan berbicara kepada media atau melakukan kontak dengan siapa pun dalam beberapa hari mendatang," kata Hiba Morgan, dikutip dari Al Jazeera.

Al-Burhan telah muncul di TV pada Senin (25/10/2021) untuk mengumumkan pembubaran Dewan Berdaulat, sebuah badan yang dibentuk setelah penggulingan Al-Bashir untuk berbagi kekuasaan antara militer dan warga sipil serta memimpin Sudan menuju pemilihan umum yang bebas.

Kontras dengan pembelaan sang jenderal militer, kudeta Sudan telah memicu aksi kekerasan dan timbulnya korban jiwa.

Baca juga: Kudeta Sudan: Militer Bubarkan Pemerintah, Umumkan Keadaan Darurat

Kekacauan di kota-kota Sudan

Khartoum dan Omdurman di seberang Sungai Nil sebagian ditutup pada Selasa (26/10/2021) dengan toko-toko tutup, ban dibakar di jalan-jalan membuat gumpalan asap membubung dari tempat pengunjuk rasa.

Seruan untuk pemogokan umum dimainkan melalui pengeras suara masjid. Jalan-jalan dan jembatan diblokade oleh tentara atau barikade pengunjuk rasa.

Sejumlah kelompok perlawana di Khartoum mengumumkan jadwal barikade dan protes lebih lanjut yang mengarah ke aksi "pawai jutaan orang" pada Sabtu (30/10/2021).

Gambar beredar di media sosial menunjukkan protes jalanan pada Selasa di kota Atbara, Dongola, Elobeid, dan Port Sudan. Orang-orang berseru, "Jangan berpihak ke tentara, tentara tidak akan melindungi Anda."

Dalam laporan Kompas.com sebelumnya, aksi tersebut mengakibatkan setidaknya 7 orang tewas dan 140 orang terluka setelah militer menembakkan granat kejut, kemudian menghujani massa dengan peluru tajam.

Sejumlah pemimpin dunia telah bersuara memprotes aksi kudeta Sudan. AS menahan dana bantuan sebesar 700 juta dollar AS (Rp 10 triliun) sebagai bentuk protes kudeta Sudan.

Baca juga: Kudeta Sudan: PM Abdalla Hamdok Dibawa ke Tempat Rahasia


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com