Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjebak di Hutan yang Kejam, Migran Lebanon Menyesal Menyeberang ke Eropa Lewat Belarus

Kompas.com - 24/10/2021, 14:49 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

MINSK, KOMPAS.com - Migran Lebanon Ali Abd Alwareth menghadapi kenyataan kejam terjebak dalam hutan yang dingin di perbatasan belarus dalam kondisi kelelahan. Dia pun menyesali keputusannya untuk memasuki Uni Eropa melalui perbatasan Belarus-Polandia.

"Ini menyedihkan. Sesuatu yang tidak Anda inginkan menjadi musuh terburuk Anda... Sebuah mimpi buruk," ungkap pria 24 tahun mengenai perjalanannya kepada AFP dilansir pada Sabtu (23/10/2021).

Baca juga: Setahun Setelah Ledakan Beirut, Lebanon Masih Kacau

Duduk bersila di tempat tidur dari jarum pinus dan daun mati di dekat kota perbatasan Kleszczele di Polandia timur, Abd Alwareth menggambarkan menjadi bola ping-pong bagi para penjaga.

"Saya mencoba menyeberang seperti lima, enam kali. Setiap kali saya tertangkap dan dideportasi kembali ke perbatasan" oleh Polandia, kata pria yang dengan penyakit Crohn dengan suara lembut.

Sementara itu, pihak Belarusia menolak membiarkan dia kembali ke Minsk untuk terbang pulang.

Menurut Abd Alwareth, pasukan keamanan Belarus mengatakan kepadanya: "Anda hanya memiliki dua pilihan: apakah Anda mati di sini atau Anda mati di Polandia. Itu saja."

Dia adalah salah satu dari ribuan migran, kebanyakan dari Timur Tengah, yang mencoba menembus perbatasan 400 kilometer (250 mil) sejak Agustus.

Baca juga: Baku Tembak di Protes Lebanon, 6 Tewas dan 30 Luka-luka

Abd Alwareth mengaku keluar dari negaranya karena krisis keuangan di Lebanon untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Seluruh perjalanan dari wilayah asalnya di Bekaa menghabiskan biaya 4.000 dollar AS (Rp 56,9 juta) dan melibatkan bantuan dari perusahaan berbasis di Minsk yang ia temukan di media sosial.

Uni Eropa mencurigai Belarus mendalangi masuknya migran dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Polandia, sebagai bentuk pembalasan terhadap sanksi Uni Eropa. Tetapi rezim telah menyalahkan Barat.

“Saya merasa seperti boneka”

Polandia mengirim ribuan tentara, membangun pagar kawat berduri. Keadaan darurat juga diterapkan selama tiga bulan, yang melarang wartawan dan pekerja amal berada di sepanjang daerah perbatasan langsung.

Selama waktu yang melelahkan di hutan, Abd Alwareth mengatakan dia minum air dari daun, terlalu dingin untuk tidur, dan pernah dipukul kepalanya oleh tentara atau polisi Polandia.

Baca juga: Pembangkit Listrik Utama Mati karena Bahan Bakar Habis, Lebanon Gelap Gulita

Meskipun lelah dan kecewa, dia mengaku mengerti bahwa penjaga perbatasan "melakukan pekerjaan mereka. Mereka melindungi negara mereka. Kami ilegal."

Pada Jumat (22/10/2021), Abd Alwareth dan teman-teman berjalannya dari Suriah berhasil menghubungi para aktivis Polandia, yang menemui mereka di hutan dengan pakaian hangat dan makanan serta menawarkan dukungan ketika penjaga tiba.

Nasibnya kini tak jelas. Abd Alwareth berharap untuk menerima suaka di Polandia - atau setidaknya, untuk kembali ke Lebanon.

"Oke, Anda tidak ingin saya di sini, Anda tidak ingin saya di Belarus. Deportasi saja saya kembali ke rumah. Itu saja yang saya minta," katanya.

"Apa yang terjadi di hutan itu kejam... Saya merasa seperti boneka. Itu keputusan saya, saya datang ke sini -- tapi tidak ingin diperlakukan seperti ini," tambahnya.

"Saya menolak untuk mati di perbatasan. Saya hanya ingin melihat ibu saya."

Baca juga: Rasanya Hidup di Negara Gagal, Cerita dari Warga Lebanon

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com