Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/10/2021, 12:58 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Ekonomi China tumbuh hanya di bawah 5 persen pada kuartal ketiga tahun ini. Angka tersebut mewakili perlambatan pemulihan ekonomi China dari pandemi virus corona, sementara pertumbuhan pada kuartal pertama dan kedua lebih tinggi.

Pertumbuhan PDB China untuk kuartal pertama tahun ini tercatat mencapai rekor 18,3 persen. Angka ini turun menjadi tinggal 7,9 persen untuk kuartal kedua dan sekarang merosot ke kisaran 4,9 persen untuk kuartal ketiga.

Seorang juru bicara Biro Statistik Nasional (NBS) yang menerbitkan data, mengatakan pelemahan ini terkait pada "ketidakpastian lingkungan internasional yang saat ini meningkat, dan pemulihan ekonomi domestik yang masih tidak stabil dan tidak merata."

Baca juga: Dari China hingga AS Alami Kekurangan Bahan-bahan Pokok, Apa Penyebabnya?

Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia ini berjuang menghadapi kekurangan energi dan perlambatan di pasar real estate, serta diperburuk oleh utang besar perusahaan raksasa properti Evergrande.

Evergrande, perusahaan raksasa properti China yang mempunyai utang Rp 4.200 triliun.AA/MIGUEL CANDELA POBLACION via DW INDONESIA Evergrande, perusahaan raksasa properti China yang mempunyai utang Rp 4.200 triliun.
Mengapa pertumbuhan ekonomi China melambat?

Rebound awal telah diredam oleh serangkaian faktor penghambat. Kekhawatiran atas sektor properti tetap tinggi. Tetapi tindakan keras pemerintah terhadap perusahaan teknologi, lockdown regional yang berkelanjutan dengan tujuan menghilangkan kasus Covid-19, serta kekurangan pasokan listrik, semuanya memainkan peran kunci.

Penjualan ritel domestik naik 4,4 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, karena pembatasan virus corona telah dilonggarkan.

China berusaha membuat ekonominya lebih berkelanjutan, dengan fokus yang lebih besar pada konsumsi domestik daripada ekspor, dan dengan pengetatan risiko keuangan.

Beiijing juga membatasi penggunaan energi, memaksa beberapa pabrik untuk menghentikan produksi pada bulan September untuk menghindari kelebihan penggunaan energi.

Baca juga: China Krisis Energi, Jutaan Rumah Mati Listrik dan Bisa Berdampak ke Dunia

Apa konsekuensinya bagi dunia?

Efeknya bagai riak gelombang ke seluruh dunia "bisa menjadi signifikan" karena melemahnya permintaan China untuk bahan baku, kata perusahaan investasi Fidelity International dalam sebuah laporan.

"Bahkan pasar di negara maju, termasuk AS, tidak akan kebal terhadap pengetatan signifikan dalam kondisi keuangan global sebagai akibat dari goncangan pertumbuhan negatif China yang disertai dengan tekanan keuangan," tambahnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlambatan di bidang manufaktur menyebabkan beberapa barang mungkin tidak dikirimkan tepat waktu, meningkatkan kemungkinan kekurangan barang-barang konsumen utama menjelang musim belanja Natal.

Saat ada harapan bahwa China dapat melonggarkan pembatasan pinjaman untuk mengucurkan lebih banyak uang tunai ke dalam perekonomian, Louis Kuijs dari Oxford Economics memperingatkan bahwa "pertumbuhan ekonomi akan melambat lebih lanjut."

Baca juga: Dilanda Krisis Energi, Pejabat China Teriak Minta Batu Bara Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Malaysia Yakin Jumlah Orang Indonesia yang Datang untuk Wisata Medis Terus Naik

Malaysia Yakin Jumlah Orang Indonesia yang Datang untuk Wisata Medis Terus Naik

Global
Simulasi untuk Perang, Drone AI Ini Malah 'Bunuh' Operatornya Sendiri

Simulasi untuk Perang, Drone AI Ini Malah "Bunuh" Operatornya Sendiri

Global
Otoritas Jepang Peringatkan OpenAI: Jangan Main-main dengan Data Sensitif

Otoritas Jepang Peringatkan OpenAI: Jangan Main-main dengan Data Sensitif

Global
Usai Kunjungi IKN Nusantara, Rombongan Pengusaha Singapura Tertarik Tanam Investasi

Usai Kunjungi IKN Nusantara, Rombongan Pengusaha Singapura Tertarik Tanam Investasi

Global
Jepang Catat Tingkat Kelahiran Terendah, Pemerintah Kucurkan Rp372 Triliun

Jepang Catat Tingkat Kelahiran Terendah, Pemerintah Kucurkan Rp372 Triliun

Global
Media Singapura Laporkan Hubungan Megawati dan Jokowi Memburuk karena Pencapresan Ganjar

Media Singapura Laporkan Hubungan Megawati dan Jokowi Memburuk karena Pencapresan Ganjar

Global
Mantan Sekutu Politik Siap Tantang Donald Trump di Pilpres AS 2024

Mantan Sekutu Politik Siap Tantang Donald Trump di Pilpres AS 2024

Global
Profesor AS: Jakarta Tenggelam Jauh Lebih Cepat

Profesor AS: Jakarta Tenggelam Jauh Lebih Cepat

Global
Menimbang Kemampuan ASEAN Menyelesaikan Tragedi Myanmar

Menimbang Kemampuan ASEAN Menyelesaikan Tragedi Myanmar

Global
Pergantian Musim, Suhu Singapura Bisa Mencapai 34 Derajat Celcius

Pergantian Musim, Suhu Singapura Bisa Mencapai 34 Derajat Celcius

Global
Tak Diizinkan AS, Maskapai China Hindari Terbang di Wilayah Rusia

Tak Diizinkan AS, Maskapai China Hindari Terbang di Wilayah Rusia

Global
Korban Tewas Akibat Kolera Meningkat di Kamerun, Lebih dari 420 Orang

Korban Tewas Akibat Kolera Meningkat di Kamerun, Lebih dari 420 Orang

Global
Joe Biden Sebut Swedia Segera Gabung NATO

Joe Biden Sebut Swedia Segera Gabung NATO

Global
Rangkuman Hari ke-463 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Irak Bertempur Lawan Wagner, Jalan Chernihiv Diledakkan Rusia

Rangkuman Hari ke-463 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Irak Bertempur Lawan Wagner, Jalan Chernihiv Diledakkan Rusia

Global
 [POPULER GLOBAL] Wilayah Rusia Bisa Saja Melepaskan Diri | Penyelamatan Pendaki di Everest

[POPULER GLOBAL] Wilayah Rusia Bisa Saja Melepaskan Diri | Penyelamatan Pendaki di Everest

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+