Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Nyatakan Gerakan Media Sosial “Male State” sebagai Kelompok Ekstremis

Kompas.com - 20/10/2021, 18:57 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

MOSKWA, KOMPAS.com - Pengadilan Rusia melarang sebuah gerakan media sosial yang disebut “Male State” dan memberinya label sebagai kelompok "ekstremis" , karena menghasut kebencian terhadap perempuan dan kaum gay.

Minggu lalu YouTube dan layanan pesan Telegram memblokir akses ke saluran yang dijalankan oleh pendiri Male State, Vladislav Pozdnyakov.

Baca juga: Pria Ini Dibunuh Saudara Tiri dan Sepupunya karena Gay

Grup yang didirikan pada 2016 ini dilaporkan memiliki ribuan pengikut. Mereka awalnya mengorganisir di Vkontakte (VK), setara dengan Facebook dari Rusia.

Pozdnyakov dikatakan sekarang berada di luar negeri, melansir BBC pada Selasa (19/10/2021).

Pengadilan di Nizhny Novgorod, sebuah kota di sungai Volga sekitar 440km (273 mil) timur Moskwa, menerima bukti jaksa Negara Bagian bahwa Male State telah memburu perempuan dan kaum gay secara online.

Salah satu contohnya adalah penargetan grup terhadap rantai bisnis restoran sushi bernama Tanuki.

Kelompok tersebut memfitnah jaringan bisnis tersebut karena iklannya yang menampilkan pria kulit hitam dan warna pelangi LGBT.

Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] Pasangan Gay Thailand Diancam Netizen Indonesia | Pejabat China Klarifikasi Ihwal Vaksin Kurang Efektif

Di pengadilan, pengacara kelompok tersebut, Dzambolat Gabarayev, berargumen bahwa kampanye anti-Tanuki tidak menyinggung rasial.

Pihak Male State berdalih itu sah untuk mengutuk warna pelangi sushi dalam iklan karena, kata dia, menyebarkan pro-pesan LGBT dilihat oleh anak muda adalah ilegal di Rusia.

Undang-undang 2013 di Rusia melarang penyebaran "propaganda gay" yang menargetkan kaum muda. Itu termasuk mengatur simbol LGBT dan informasi tentang gaya hidup gay. Ada kecaman luas pada undang-undang itu.

Pengadilan mendengar bukti dari pusat anti-ekstremisme Rusia, yang menggambarkan ideologi Male State sebagai dorongan untuk membangun kembali masyarakat patriarki, dan mensubordinasikan posisi perempuan, menurut laporan BBC Rusia.

Seksisme dan homofobia tersebar luas di Rusia, tetapi mereka yang mengungkapkan prasangka semacam itu tidak sering dituntut.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Tokoh Terpopuler Abad Pertengahan | Belanda Izinkan Pernikahan Sesama Jenis untuk Keluarga Kerajaan

Pada Desember 2018 Pozdnyakov dijatuhi hukuman dua tahun penjara karena ekstremisme, setelah seorang jaksa menuduh kelompoknya sebagai "kegiatan yang bertujuan merendahkan wanita".

Pozdnyakov mengaku bersalah pada saat itu, tetapi segera setelah hukuman itu muncul kabar dia telah meninggalkan Rusia.

Menanggapi kecaman jaksa terhadap Male State karena memburu perempuan, Gabarayev mengatakan "mereka adalah perempuan yang telah merendahkan diri pria".

Pada 2018, kelompok tersebut meluncurkan kampanye yang mempermalukan wanita Rusia yang bersosialisasi dengan penggemar dari negara asing selama Piala Dunia FIFA di Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com