KOMPAS.com – Negara-negara kaya di dunia akan memproduksi batu bara, minyak, dan gas bumi dua kali lipat pada 2030 dibandingkan dengan saat ini.
Perkiraan tersebut dipaparkan Program Lingkungan PBB (UNEP) pada Rabu (20/10/2021) sebagaimana dilansir DW.
Kenaikan produksi tersebut justru bertolak belakang dengan tujuan yang ingin dicapai dalam Kesepakatan Paris alias Paris Agreement 2015 untuk mengekang pemanasan global.
Baca juga: Diterpa Krisis Energi, Inggris Mantap Enyahkan Energi Fosil Mulai 2035
Perkiraan tersebut dipaparkan beberapa hari sebelum pertemuan COP26 untuk mengevaluasi tujuan yang ditetapkan oleh Paris Agreement.
Dalam Paris Agreement, negara-negara yang meratifikasi kesepakatan tersebut berkomitmen untuk mencegah kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celsius melalui pengurangan emisi.
Laporan dari PBB tersebut mengukur perbedaan antara rencana penggunaan bahan bakar fosil dan tingkat penggunaan di negara-negara di dunia.
Baca juga: Terus Ditekan, Universitas Harvard Akhirnya Hentikan Investasi Bahan Bakar Fosil
Dalam laporan tersebut, UNEP mengatakan rencana produksi bahan bakar fosil pemerintah sangat tidak sinkron dengan pengurangan emisi yang dibutuhkan untuk mengekang pemanasan global.
PBB menyerukan pihak-pihak terkait untuk mengurangi emisi hingga hampir 50 persen pada 2030, dan menjadi nol emisi pada 2050 untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa total produksi bahan bakar fosil kemungkinan akan meningkat setidaknya hingga 2040.
UNEP melaporkan, 15 produsen bahan bakar fosil raksasa berencana untuk memproduksi, secara total, sekitar 110 persen lebih banyak bahan bakar fosil pada 2030.
Baca juga: Facebook Dituduh Biarkan Industri Bahan Bakar Fosil Dorong Misinformasi Iklim
“Produksi batu bara, minyak dan gas global harus mulai menurun segera dan tajam agar konsisten membatasi pemanasan jangka panjang hingga 1,5 derajat Celsius," kata Ploy Achakulwisut, penulis utama dalam laporan tersebut.
“Namun, pemerintah terus merencanakan dan mendukung tingkat produksi bahan bakar fosil yang jauh melebihi apa yang dapat kita bakar dengan aman,” sambung akademisi dari Stockholm Environment Institute tersebut.
Negara-negara yang dianalisis dalam laporan tersebut termasuk Jerman, Amerika Serikat (AS), dan Arab Saudi.
Baca juga: Penghasil Batu Bara Terbesar Diterjang Banjir Bandang, Krisis Energi China Bisa Makin Buruk
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.