Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emisi Masih Meningkat, Aksi Iklim Negara G20 Menjauh dari Ambang Batas 1,5 Derajat Celsius

Kompas.com - 15/10/2021, 12:26 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Rilis

JAKARTA, KOMPAS.com – Sempat menurun dalam waktu singkat akibat pandemi Covid-19, emisi gas rumah kaca (GRK) kembali meningkat di seluruh anggota G20.

Bahkan emisi GRK di Argentina, China, India, dan Indonesia diproyeksikan melebihi tingkat emisi pada 2019.

Hal itu merupakan salah satu temuan utama dari Laporan Transparansi Iklim atau Climate Transparency Report sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com.

Baca juga: Tak Hanya Mobil Listrik, Bahan Bakar Nabati Juga Penting Turunkan Emisi

Pada 2020, emisi karbon dioksida yang berasal dari sektor energi turun 6 persen di seluruh anggota G20. Namun, pada 2021, emisi tersebut diproyeksikan akan melambung hingga 4 persen.

Salah satu penulis utama laporan tersebut, Gahee Han, mengatakan bahwa G20 adalah kelompok negara yang bertanggung jawab atas 75 persen emisi GRK global.

“Melonjaknya emisi di seluruh G20 menunjukkan bahwa pengurangan emisi yang menyeluruh dan secepatnya saat ini sangat dibutuhkan untuk mencapai maklumat netral karbon,” ungkap Gahee yang juga merupakan anggota dari NGO dari Korea Selatan, Solutions For Our Climate.

Laporan tersebut juga mencatat beberapa perkembangan positif, seperti pertumbuhan tenaga surya dan angin di antara anggota G20 yang memecahkan rekor baru soal kapasitas terpasangnya pada 2020.

Pangsa energi terbarukan dalam pasokan energi diproyeksikan tumbuh dari 10 persen pada 2020 menjadi 12 persen pada 2021.

Baca juga: Sumbang Emisi Terbesar, PLTU Batu Bara Harus Dipensiunkan Lebih Cepat

Di sektor ketenagalistrikan, energi terbarukan meningkat sebesar 20 persen antara tahun 2015 dan 2020, dan diproyeksikan menjadi hampir 30 persen dari bauran energi G20 pada 2021.

Namun, di saat yang bersamaan, para ahli mencatat bahwa selain Inggris, anggota G20 tidak memiliki strategi jangka pendek maupun jangka panjang untuk mencapai 100 persen energi terbarukan di sektor listrik pada 2050.

Terlepas dari perubahan positif ini, ketergantungan pada bahan bakar fosil tidak menyusut sebagaimana rilis yang ditermika Kompas.com dari IESR.

Sebaliknya, konsumsi batu bara diprediksi meningkat hampir 5 persen pada 2021, sementara konsumsi gas memuncak 12 persen di seluruh G20 dari 2015 hingga 2020.

Laporan ini menemukan bahwa pertumbuhan batu bara utamanya terkonsentrasi di China, yang merupakan produsen dan konsumen batu bara global terbesar, diikuti oleh AS dan India.

Baca juga: Pajak Karbon Penting untuk Menekan Pertumbuhan Emisi Gas Rumah Kaca

Di waktu yang sama, ragam pemberitaan mengisyaratkan bahwa sebagian besar pemerintah G20 menyadari perlunya transisi ke ekonomi rendah karbon.

Target nol emisi harus dicapai paling lambat tahun 2050 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com