Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awalnya Dikira Covid-19, Ternyata Paru-paru Gadis Ini Rusak karena Vaping

Kompas.com - 12/10/2021, 22:15 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Apa yang dialami Dakota telah ditulis secara rinci dalam laporan Medical Journal of Australia (MJA).

Namun, beberapa dokter yang percaya vaping dapat membantu menghentikan kebiasaan merokok, mendesak agar laporan ini ditangani dengan penuh hati-hati.

Alex Wodak, direktur Asosiasi Pengurangan Bahaya Tembakau Australia, mengatakan EVALI adalah kondisi yang sangat spesifik yang hanya didokumentasikan di Amerika Serikat pada tahun 2019, menanggapi vape yang mengandung tetrahydrocannabinol (lebih dikenal sebagai THC) dari ganja dan vitamin E asetat yang membuat orang ketagihan.

"Gejalanya (yang terperinci dalam laporan) adalah Sindrom Gangguan Pernapasan Akut, kondisi yang memiliki 20 hingga 30 kemungkinan penyebabnya, seperti infeksi atau alergi," kata Dr Alex.

Namun, penulis laporan MJA mengatakan tidak semua pasien dengan EVALI menggunakan produk vaping dengan kandungan vitamin E.

Sekitar 15 persen pasien EVALI dilaporkan hanya menggunakan produk yang mengandung nikotin.

Eli Dabscheck, seorang dokter pernapasan di Rumah Sakit Alfred di Melbourne, mengatakan laporan kasus tersebut jelas memenuhi definisi EVALI yang ditetapkan oleh Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC).

Dokter Eli mengatakan seorang anak berusia 15 tahun yang dilarikan ke rumah sakit dengan gejala Dakota "sangat tidak biasa".

Dakota Stephenson bersama ibunya Natasha, yang berasal dari keluarga yang tidak suka merokok.ABC NEWS/CHRIS TAYLOR via ABC INDONESIA Dakota Stephenson bersama ibunya Natasha, yang berasal dari keluarga yang tidak suka merokok.
Makin banyak anak muda yang vaping

Dokter Jancey, dari Curtin University, mengatakan sejak tahun 2013, penggunaan rokok elektrik di Australia telah meningkat secara signifikan, dua kali lipat pada usia 14-17 tahun dan hampir tiga kali lipat di kelompok usia 18 hingga 24 tahun, sementara tingkat merokok telah menurun.

"Kita paham anak muda menganggap produk rokok elektrik relatif tidak berbahaya, tetapi sebenarnya tidak demikian," katanya.

"Rokok elektrik mengandung karsinogenik, logam berat dan perasa yang diciptakan untuk dicerna, bukan dihirup."

Baca juga: Vape dengan Nikotin Akan Ilegal di Australia Mulai Oktober

Pakar mengatakan iklan 'vaping' di jejaring sosial telah semakin menarik minat anak-anak muda, bahkan yang berusia belasan tahun.SHUTTERSTOCK/LEZINAV via ABC INDONESIA Pakar mengatakan iklan 'vaping' di jejaring sosial telah semakin menarik minat anak-anak muda, bahkan yang berusia belasan tahun.
Dokter Jancey juga mengatakan vape mengandung nikotin, yang berbahaya bagi perkembangan otak remaja, karena membuat gangguan pada fungsi otak dan daya ingat.

Namun masalahnya rokok elektrik dipromosikan secara luas di jejaring sosial oleh produsen dan influencer.

Lembaga pengatur kesehatan di Amerika Serikat mulai melihat kasus EVALI meningkat pada 2019.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, lebih dari 2.800 orang telah dirawat di rumah sakit atau meninggal karena kondisi EVALI antara Maret 2019 dan Februari 2020.

Data laboratorium juga menunjukkan vitamin E asetat, yakni zat tambahan dalam beberapa produk rokok elektrik atau vaping yang mengandung THC, sangat erat dengan kasus EVALI yang meningkat.

Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporannya dalam bahasa Inggris.

Baca juga: Vaping di Pesawat, Pria Dilarang Naik Maskapai Ini Seumur Hidup

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com