FRANKFURT, KOMPAS.com - Bank sentral Afghanistan kehabisan sebagian besar cadangan uang dollar AS dalam beberapa minggu sebelum Taliban mengambil alih negara itu.
Informasi itu disampaikan dalam penilaian yang disiapkan untuk donor internasional Afghanistan. Kondisi tersebut juga yang memperburuk krisis ekonomi Afghanistan saat ini.
Baca juga: AS Kalah dalam Perang 20 Tahun di Afghanistan, Jendral Tertinggi Ungkap Alasannya
Laporan singkat dua halaman rahasia, yang ditulis awal bulan ini oleh pejabat senior ekonomi internasional untuk lembaga-lembaga termasuk Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, mengatakan, kekurangan uang tunai yang parah di negara itu dimulai sebelum Taliban menguasai Kabul.
Temuan ini mengkritik buruknya penanganan krisis yang dilakukan mantan pemimpin bank sentral Afghanistan sebelumnya, di bulan-bulan sebelum penaklukan Taliban.
Hal itu termasuk keputusan untuk melelang sejumlah besar dollr AS dan memindahkan uang dari Kabul ke cabang-cabang provinsi.
"Cadangan FX (valas) di brankas CB (bank sentral) di Kabul telah habis, CB tidak dapat memenuhi ... permintaan uang tunai," kata laporan itu, yang dilihat oleh Reuters seperti dilansir pada Rabu (29/9/2021).
"Sumber masalah terbesar adalah salah urus di bank sentral sebelum pengambilalihan Taliban," tambahnya.
Shah Mehrabi, ketua komite audit bank sentral yang membantu mengawasi bank sebelum Taliban mengambil alih dan masih dalam jabatannya, membela tindakan bank sentral.
Menurutnya, pihaknya berusaha untuk mencegah larinya mata uang lokal Afghanistan.
Baca juga: Terungkap, Jenderal Top AS Bersaksi Rekomendasikan 2.500 Tentara di Afghanistan
Tingkat kekurangan uang tunai dapat dilihat di jalan-jalan kota-kota Afghanistan, di mana orang-orang mengantre berjam-jam untuk menarik tabungan dollar, di tengah batasan ketat tentang berapa banyak yang dapat mereka ambil.
Bahkan sebelum pemerintah yang didukung Barat runtuh, ekonomi Afghanistan sedang berjuang.
Tetapi kembalinya Taliban dan tiba-tiba berakhirnya miliaran dolar bantuan asing telah meninggalkan Afghanistan dalam krisis yang mendalam.
Harga bahan pokok seperti tepung melonjak, sementara pekerjaan mengerin. Jutaan orang akhirnya harus menghadapi kelaparan ketika musim dingin makin mendekat.
Di bawah pemerintahan sebelumnya, bank sentral mengandalkan pengiriman uang tunai sebesar 249 juta dollar AS (3,5 triliun).
Dana itu dikirimkan kira-kira setiap tiga bulan, dalam kotak-kotak berisi uang kertas 100 dollar AS (Rp 1,4 juta), dan disimpan di brankas bank sentral Afghanistan dan istana presiden, menurut tiga orang yang mengetahui langsung masalah tersebut.