Salah satu bagian penting dari kesepakatan Paris yang tertinggal adalah memobilisasi 137 miliar dollar Australia dana yang dijanjikan untuk negara-negara yang paling terpukul oleh pemanasan global.
Biden, yang telah menempatkan isu lingkungan dalam agenda pemerintahannya mengatakan Amerika Serikat akan menggandakan kontribusinya.
Baca juga: Sumbang Emisi Terbesar, PLTU Batu Bara Harus Dipensiunkan Lebih Cepat
Keputusan Xi juga akan secara signifikan berdampak pada proyek yang sedang dijalankan di luar negaranya, terutama di Indonesia.
Sekitar 71 persen pembangkit listrik energi batu bara di Indonesia yang terdaftar saat ini didukung oleh dana China.
Meskipun demikian, keputusan tersebut diterima dengan baik oleh cukup banyak lembaga masyarakat.
Menurut Sisilia Nurmala Dewi, pemimpin tim Indonesia dari organisasi 350.org, seharusnya kepemimpinan lokal mengikuti kebijakan yang dinyatakan Xi.
“Investasi China di Indonesia dalam industri batu bara telah berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca di Indonesia, polusi udara, dan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat setempat."
"Kami berharap pemerintah Indonesia melalui bank sentral dan bank-bank milik negara segera mengikuti dan membuat pengumuman serupa,” katanya seperti yang dilaporkan oleh Tirto.
Saat ini, ada 30 pembangkit listrik energi batu bara dalam tahap pendanaan, prakonstruksi atau awal pembangunan.
"Pemerintah perlu mengumumkan PLTU mana saja yang akan batal dengan kebijakan China ini, agar ruang yang kosong diisi oleh energi terbarukan,” kata Manager Kampanye Energi dan Perkotaan WALHI Dwi Sawung kepada Tirto.
Para pengamat dan aktivis menilai, langkah China menarik pendanaan PLTU batu bara telah memperlihatkan bahwa industri batu bara ini telah senjakala sehingga pemerintah Indonesia juga diharapkan mengakhiri kebijakan yang berpihak pada industri ini.
Diproduksi oleh Mariah Papadopoulos dari artikel ABC News.
Baca juga: Inggris: Negara Kaya Harus Mengubur Batu Bara ke Dalam Sejarah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.