WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Amerika Serikat (AS) terlilit utang lebih dari 28 trililun dollar AS atau melampaui Rp 400.000 triliun dan terancam tak bisa membayarnya pada Oktober.
Jika benar-benar tak bisa membayar utang, bahaya besar telah mengintai “Negeri Paman Sam”. Padahal perekonomian AS sedang berupaya pulih dari Covid-19.
Perusahaan jasa keuangan Moody's Analytics memperingatkan bahwa jika AS gagal membayar utang, negara tersebut terancam jatuh ke jurang resesi.
Baca juga: Pria Ini Bakar Mobil Bentley agar Dapat Uang Asuransi untuk Bayar Utang Rp 1,7 Miliar
Bahkan, perusahaan tersebut memperingatkan resesi yang dialami AS kali ini bakal lebih mengerikan dibandingkan Great Recession.
Jika AS gagal membayar utangnya, sekitar 6 juta lapangan pekerjaan akan hilang dan tingkat pengangguran akan melambung hingga 9 persen.
Perkiraan tersebut disampaikan Moody's Analytics dalam laporannya yang diterbitkan pada Selasa (21/9/2021).
Laporan Moody's Analytics menambahkan, kehancuran pasar keuangan juga akan terjadi. Tak hanya itu, kekayaan rumah tangga AS juga akan terpangkas hingga 15 trilun dollar AS.
Baca juga: Selain Kaget Kas Kosong, Presiden Zambia Sebut Utang Negaranya Lampaui Rp 181 Triliun
"Skenario ekonomi ini adalah bencana besar," tulis kepala ekonom di Moody's Analytics Mark Zandi dalam laporan tersebut.
Kementerian Keuangan AS juga memperkirakan bahwa pihaknya akan kehabisan uang tunai pada Oktober kecuali Kongres AS menaikkan plafon utang.
Terlepas dari momok yang mengintai, Partai Republik menolak rencana tersebut karena khawatir terkait pengeluaran pemerintah AS.
Kendati demikain, Moody's mencatat bahwa saat ini pasar keuangan tidak panik dengan plafon utang.
Baca juga: Utang Jadi Dampak Panjang Bagi Keluarga Penyintas Covid-19 di India
Pasar keuangan yakin bahwa Kongres AS akan mengambil langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut sebagaimana dilansir CNN.
Sejauh ini, dampak yang terjadi di Wall Street jauh lebih kecil daripada kondisi pada 2011 dan 2013.
“Ironisnya, karena investor tampak begitu optimistis bahwa drama ini akan ditangani, pembuat kebijakan mungkin percaya bahwa mereka tidak perlu khawatir,” tulis Zandi.
“(Padahal) Ini akan menjadi kesalahan yang mengerikan,” sambung Zandi.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Jerumuskan Pengungsi Turki dalam Krisis Utang
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.