TEXAS, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana menerbangkan kembali ribuan migran Haiti yang berkumpul di bawah jembatan di Texas.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden memiliki tiga penerbangan yang direncanakan untuk Minggu (19/9/2021), menurut seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada The New York Times.
Melansir Business Insider, pemerintah AS berencana untuk menjalankan empat penerbangan sehari mulai Senin (20/9/3032).
Sekitar 10.000 migran berlindung di sebuah kamp darurat di bawah Jembatan Internasional Del Rio di Texas, yang melintasi Rio Grande dari Meksiko ke AS, menurut laporan The Washington Post.
Rekaman udara menunjukkan ribuan migran Haiti mengarungi perairan setinggi pergelangan kaki atau pinggang untuk mencapai AS dari Meksiko.
Mengutip BBC, Wali Kota Del Rio, Texas, Bruno Lozano telah menyatakan keadaan darurat. Menurutnya, situasi saat ini "belum pernah terjadi sebelumnya" dan "tidak terbayangkan”.
Para migran mengatakan kepada Reuters bahwa mereka menghadapi kekurangan makanan dan air di tengah meningkatnya suhu yang mencapai sekitar 99 Fahrenheit (37,22 derajat Celsius).
Pada Jumat (17/9/2021) AP melaporkan, pihak berwenang AS menyatakan sementara menutup penyeberangan perbatasan, "untuk menanggapi kebutuhan keselamatan dan keamanan yang mendesak.”
A bridge linking Texas and Mexico has become a shelter for thousands of migrants trying to enter the US. Around 10,500 migrants are sheltering under the bridge in temperatures of 37C, with little food and water available.
Read today's top stories here: https://t.co/iOm40v5pVT pic.twitter.com/ZSh69UShuh
— Sky News (@SkyNews) September 17, 2021
Baca juga: Amnesty: Qatar Gagal Jelaskan Penyebab Kematian Pekerja Migran
Para migran sebagian besar adalah orang Haiti, dengan beberapa orang Kuba, Peru, Venezuela, dan Nikaragua hadir.
Masuknya migran Haiti terjadi setelah musim panas, ketidakstabilan politik dan tragedi di negara Karibia itu.
Pada Juli, presiden Haiti Jovenel Moïse dibunuh di rumahnya. Pada Agustus, gempa bumi yang kuat menewaskan 2.100 orang dan membuat orang lain berjuang untuk kebutuhan dasar.
The Washington Post melaporkan lebih dari 29.000 warga Haiti tiba selama 11 bulan terakhir berdasarkan angka terbaru dari Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.
Para migran itu adalah bagian dari gelombang warga Haiti yang menuju utara. Banyak dari mereka tiba di Amerika Selatan setelah gempa bumi 2010.
Banyak yang telah memulai perjalanan berbahaya untuk mencapai Amerika Serikat, berjalan melalui hutan dan menghindari geng kriminal.
Baca juga: Jangan Tinggalkan Masyarakat Afghanistan Sendirian, Permohonan Warga dari Kamp Migran
Setelah peristiwa musim panas itu, pemerintahan Biden membatasi penerbangan deportasi ke Haiti, menurut surat kabar itu.
Keputusan untuk mendeportasi para migran saat ini mencerminkan perubahan dalam pendekatan “Negeri Paman Sam”. Pasalnya Pemerintah AS berjuang untuk mengatasi jumlah migran yang mencapai rekor.
Partai Republik mengkritik pemerintahan Biden karena mengizinkan ratusan ribu migran tidak berdokumen melintasi perbatasan ke Amerika Serikat, kata The Times.
Demokrat melawan klaim tersebut.
"Kami telah menegaskan kembali bahwa perbatasan kami tidak terbuka, dan orang-orang tidak boleh melakukan perjalanan berbahaya," kata Marsha Espinosa, asisten sekretaris urusan publik untuk Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, menurut The New York Times.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.