Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tidak Cukup Minta Maaf", Keluarga Korban Serangan Drone Militer AS yang Salah Sasaran Tuntut Keadilan

Kompas.com - 19/09/2021, 15:17 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

KABUL, KOMPAS.com - Keluarga korban dari serangan drone militer Amerika Serikat di ibu kota Afghanistan, meminta Washington tidak hanya meminta maaf.

Pada Jumat (17/9/2021), militer Amerika Serikat mengakui adanya kekeliruan saat serangan drone di ibu kota Afghanistan pada Agustus, yang menyebabkan tewasnya 10 anggota keluarga, termasuk 7 anak.

Aimal Ahmadi mengatakan kepada Al Jazeera pada Sabtu (18/9/2021) bahwa keluarganya menuntut Washington menyelidiki siapa yang menembakkan serangan drone salah sasaran di Kabul.

Baca juga: CIA Ternyata Sempat Peringatkan Militer AS Ada Anak Kecil dalam Serangan Drone di Kabul

Pada 29 Agustus, ketika serangan drone Amerika Serikat menghantam mobil kakak laki-lakinya, putri Ahamdi, Malika, menjadi korban tewas.

"Saya kehilangan 10 anggota keluarga. Saya ingin keadilan dari AS dan organisasi lain," ujar Ahamdi, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Sabtu (18/9/2021).

"Kami warga yang tidak tahu apa-apa, kami tidak melakukan kesalahan apa-apa," tandasnya.

Osama Bin Javaid dari Al Jazeera, yang mengunjungi lokasi kejadian serangan drone Amerika Serikat itu, mengatakan barnag kenangan anak-anak korban tewas terlihat berserakan, seperti mainan mereka.

"Anggota keluarga memberitahu kami bahwa mereka menuntut kompensasi dari Amerika Serikat. Mereka ingin keadilan untuk anggota keluarga mereka, dan jika memungkinkan mereka yang masih tinggal di kompleks ini ingin meninggalkan Afghanistan," kata Javaid melaporkan.

Baca juga: Pentagon Akhirnya Akui Serangan Drone ke Kabul Bunuh 10 Warga Sipil

“Di sini, di kompleks ini, ada kematian, kesengsaraan, dan kenangan dari mereka yang telah meninggal, dan orang-orang yang mencoba membangun kembali kehidupan mereka dalam kekacauan apa yang ada di Afghanistan dan apa yang terjadi pada keluarga mereka,” terangnya.

Ahmadi mengatakan kepada Associated Press bahwa Amerika Serikat harus menghukum anggota militer yang bertanggung jawab atas serangan drone yang salah sasaran itu.

"Tidak cukup hanya mengatakan minta maaf," tegur Ahmadi.

"Amerika Serikat harus menemukan siapa yang bertanggung jawab," lanjutnya.

Baca juga: Serangan Drone AS ke ISIS-K Ternyata Juga Tewaskan 3 Bocah Afghanistan

Pada Jumat (17/9/2021), Jenderal Marinir AS Frank McKenzie, kepala Komando Pusat AS, menyebut serangan drone pada 29 Agustus itu sebagai "kesalahan tragis".

Kemudian setelah berminggu-minggu menyangkal, McKenzie mengatakan bahwa warga sipil yang tidak bersalah memang tewas dalam serangan drone itu, dan Zemerai Ahmadi yang dicurigai sebagai anggota ISIS-K sebenarnya bukan seorang milisi kelompok tersebut.

Pentagon sebelumnya mengeluarkan pernyataan bahwa Zemerai Ahmadi adalah orang yang terkait dengan ISIS-K dan di dalam kendaraannya berisi bahan peledak.

Ketika militer Amerika Serikat menembakkan serangan drone ke kendaraan Zemerai Ahmadi yang sedang masuk menuju rumah keluarganya, anak-anak berlarian menyambut pria yang dicurigai itu. Naas, seketika itu mereka tewas.

Baca juga: Pesawat Penumpang Terkena Serangan Drone di Arab Saudi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com