Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Sinovac dan Kisah di Baliknya

Kompas.com - 17/09/2021, 16:14 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

 

KOMPAS.com – Lengan tangan dan suntikan. Awalnya terasa sedikit menakutkan, tapi saat ini sudah jadi kewajaran.

Program vaksinasi di seluruh dunia memang terus berlanjut. Di Indonesia, vaksinasi diawali memakai vaksin buatan Sinovac.

Jenis vaksin memang beragam. Tapi Sinovac yang memang jadi vaksin pertama yang disuntikkan di Indonesia, memang lebih dikenal.

Lalu, seperti apa seluk beluk vaksin ini?

Baca juga: 1,8 Juta Dosis Sinovac Tiba, Total Penerimaan Vaksin Covid-19 Indonesia 243 Juta Dosis

Seperti pernah diulas Kompas.com, vaksin Sinovac sebenarnya bernama CoronaVac.

Vaksin ini dibuat di China dan dikembangkan perusahaan swasta bernama Sinovac.

Secara singkat, CoronaVac bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan untuk membuat antibodi yang dapat melawan virus Corona SARS-CoV-2.

Antibodi yang terbentuk ini kemudian menempel pada protein virus yang disebut spike proteins.

Untuk membuat CoronaVac, para peneliti Sinovac memulainya dengan pengambilan sampel virus Covid-19 dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol, dan Swiss.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, akhirnya satu sampel dari China menjadi dasar pembuatan vaksin CoronaVac.

Baca juga: Tanggapan Kemenkes soal Ribuan Dosis Vaksin Sinovac Tak Terpakai di Aceh

Selanjutnya, para peneliti menumbuhkan sampel virus Covid-19 tersebut di sel ginjal monyet.

Mereka menyiram virus dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolakton. Senyawa tersebut menonaktifkan virus Covid-19 dengan terikat pada gennya.

Hal ini menyebabkan virus Covid-19 tidak bisa lagi bereplikasi, tetapi protein mereka tetap utuh.

Para peneliti kemudian menarik virus yang sudah tidak aktif itu dan mencampurkannya dengan sejumlah kecil senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan.

Senyawa ini merangsang sistem kekebalan untuk meningkatkan responsnya terhadap vaksin.

Penggunaan adjuvan dalam kandungan vaksin juga bertujuan mengurangi efek samping dalam tubuh seseorang, seperti demam, menggigil, dan nyeri pada bagian tubuh tertentu.

Baca juga: Ini Alasan Warga Aceh Enggan Divaksin hingga Ribuan Dosis Sinovac Terbuang Sia-sia

Penggunaan virus yang tidak aktif dalam penemuan vaksin memang sudah digunakan selama lebih dari satu abad.

Di era 1950-an, Jonas Salk menggunakan virus yang dinonaktifkan untuk membuat vaksin polio.

Cara ini juga menjadi langkah dasar untuk penemuan vaksin rabies dan hepatitis A.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com