Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kehidupan Warga Afghanistan Sebulan Setelah Taliban Berkuasa

Kompas.com - 16/09/2021, 15:36 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BBC bertemu dengan Haji Hekmat, pemimpin Taliban tersohor di daerah itu. "Anda mungkin membawa rasa aman di sini. Tapi para kritikus mengatakan Anda membunuh budaya di sini," kata BBC kepadanya.

"Tidak," jawabnya dengan tegas, "Pengaruh Barat sudah ada di sini selama 20 tahun terakhir Pemerintahan Afghanistan telah berpindah-pindah dari satu tangan asing ke yang lainnya, selama 40 tahun. Kami telah kehilangan tradisi dan nilai-nilai kami sendiri. Kami akan membawa kebudayaan kami hidup kembali."

Menurut pemahamannya terkait Islam, laki-laki dan perempuan dilarang berbaur.

Baca juga: Pakistan Minta Dunia Terlibat dengan Afghanistan yang Dipimpin Taliban

Haji Hekmat nampaknya benar-benar yakin Taliban mendapat dukungan dari warga. Namun, di luar pengetahuannya, seorang pengunjung perempuan berbisik kepada BBC, "Mereka itu bukan orang yang baik."

Walau penafsiran Taliban terhadap Islam mungkin tidak terlalu berbenturan dengan beragam nilai di desa-desa yang menjalankan kehidupan sosial secara konservatif, tapi di kota-kota besar Afghanistan, banyak yang masih menaruh curiga terhadap kelompok ini.

Haji Hekmat menempatkan pandangan ini sebagai hasil "propaganda" bertahun-tahun. Tapi rangkaian bom bunuh diri dan pembunuhan yang ditargetkan di perkotaan jelas punya kontribusi.

Saat BBC meninggalkan Masjid Biru, BBC melihat kerumunan besar nan riuh di jalan utama. Kami pun tertarik menghampirinya.

Sebanyak empat jenazah dengan luka tembak, sedang ditonton. Pada salah satu mayat terdapat tulisan tangan di atasnya yang menggambarkan pria-pria ini adalah penculik -- catatan itu menjadi peringatan pada penjahat lainnya, bahwa mereka akan bernasib sama.

Baca juga: Abdul Ghani Baradar Muncul di Video setelah Dikabarkan Terluka, Bantah Adanya Perpecahan Internal Taliban

Terlepas dari bau busuk mayat di bawah sinar matahari, kerumunan orang tersebut mengabadikan mayat-mayat itu dengan kamera. Mereka saling dorong, berusaha untuk melihat keempat jenazah lebih dekat.

Aksi kejahatan yang disertai kekerasan sudah lama menjadi masalah utama di kota-kota besar Afghanistan. Hukuman instan yang dijatuhkan Taliban kepada para terduga penjahat membuat Taliban mendapat pujian karena dianggap mampu menyelesaikan persoalan keamanan.

Seorang yang berkerumun mengatakan kepada BBC, "Jika mereka adalah penculik, ini merupakan hal yang bagus. Ini akan menjadi pelajaran bagi yang lainnya.

Tapi banyak juga orang-orang lainnya di kota ini yang merasa tidak aman. Mahasiswa hukum bernama Farzana mengatakan kepada BBC, "Setiap kali saya keluar rumah, dan saya melihat Taliban, saya gemetar ketakutan."

Kampus swasta yang menjadi tempat pendidikan bagi Farzana tetap buka, tapi kampus yang dikelola oleh pemerintah, masih ditutup sampai saat ini.

Baca juga: Milisi Taliban Kirim Pesan ke Negara-negara Barat: Kembalilah dengan Uang, Bukan Senjata

Di bawah kekuasaan Taliban, mahasiwa laki-laki dan perempuan yang belajar dalam satu kelas, harus dipisahkan dengan tirai.

Bagi Farzana, itu bukanlah masalah prioritas. Yang menjadi keprihatinannya adalah Taliban kemungkinan tak membiarkan perempuan untuk bekerja - sesuatu yang dibantah oleh kelompok ini.

Halaman:

Terkini Lainnya

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Global
Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com