Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Seniman dari Pengungsi Afghanistan yang Terjebak di Indonesia

Kompas.com - 10/09/2021, 06:49 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

Sumber ABC

KOMPAS.com - Hanif Hamraz, musisi Afghanistan yang tinggal di Indonesia, menyaksikan dengan penuh kekhawatiran kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan.

Sekitar setengah dari 13.000 pengungsi dan pencari suaka yang kini berada di Indonesia adalah warga Afghanistan seperti Hanif, yang berusaha masuk ke Australia.

Sebagian besar di antaranya merupakan etnis Hazara, yang menjadi sasaran Taliban karena identitas suku dan agama mereka sebagai penganut Syiah.

Peristiwa terakhir di Afghanistan menjadi alasan kuat mengapa para pelarian, terutama seniman dan musisi, tidak bisa kembali ke negaranya.

Ketika Amerika Serikat menarik seluruh pasukanya akhir Agustus lalu, kelompok militan itu dilaporkan menyeret penyanyi tradisional Fawad Andarabi dari rumahnya di utara Kota Kabul dan membunuhnya.

"Dia tak bersalah, hanya seorang penyanyi yang ingin menghibur orang lain," kata Jawad, anak Fawadi kepada kantor berita Associated Press.

"Mereka menembak kepalanya," jelasnya, seperti yang dilansir dari ABC Indonesia pada Kamis (9/9/2021).

Pada Juli lalu, milisi Taliban menculik, menyiksa, dan membunuh komedian Nazar Muhammad, yang dikenal sebagai Khasha Zwan, yang pernah membuat lelucon tentang Taliban di aplikasi TikTok.

Kebrutalan seperti inilah yang menyebabkan Hamraz melarikan diri ke Indonesia 8 tahun lalu.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Taliban Kunci Perempuan Afghanistan di Ruang Bawah Tanah | Wanita Ghana Punya 4 Anak dari Mantan Pacar

"Saya tak punya masa depan"

Hanif yang kini berusia 29 tahun berada dalam ketidakpastian di Indonesia, yang belum menandatangani Konvensi PBB Tentang Pengungsi.

Indonesia juga tidak mengizinkan pengungsi Afghanistan untuk tinggal secara permanen.

Pernah tampil di berbagai kota bersama musisi Australia, termasuk di acara Kedutaan Amerika Serikat dan India, Hanif tidak memiliki hak untuk bekerja atau sekolah di Indonesia.

Peluangnya untuk dimukimkan kembali di negara ketiga penuh ketidakpastian.

"Masa depanku tidak jelas. Saya tak punya masa depan," katanya kepada ABC.

"Saya tidak bisa melakukan apa pun buat keluargaku."

Pada 2014, pemerintah Australia mengadopsi kebijakan, di mana pengungsi Afghanistan yang terdaftar di United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) di Indonesia setelah Juni tahun itu tidak akan pernah dimukimkan kembali di Australia.

“Perubahan ini akan mengurangi masuknya pencari suaka ke Indonesia dan mendorong mereka mencari pemukiman kembali di negara-negara suaka pertama,” kata Scott Morrison, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Imigrasi Australia.

Di tengah perang yang menyebabkan jumlah pengungsi Afghanistan meningkat, para pencari suaka tersebut terus berdatangan ke Indonesia.

Tiga kelompok masyarakat di Australia telah memberikan surat dukungan bagi Hanif untuk dimukimkan kembali melalui program kemanusiaan.

Halaman:
Sumber ABC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com