Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Presiden Afghanistan Kembali Minta Maaf Telah Tinggalkan Negaranya

Kompas.com - 09/09/2021, 06:50 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Al Jazeera

KABUL, KOMPAS.com – Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kembali meminta maaf karena telah meninggalkan negara tersebut saat Taliban menduduki Kabul pada 15 Agustus.

Permintaan maaf tersebut disampaikan Ghani melalui sebuah pernyataan yang diunggah melalui Twitter pada Rabu (8/9/2021).

Dalam pernyataan tersebut, dia mengaku terpaksa kabur dari Afghanistan atas desakan keamanan istana untuk menghindari risiko pertempuran darah.

Baca juga: China Siap Jalin Komunikasi dengan Pemerintahan Baru Afghanistan

Dia juga menangkis tuduhan yang menyebut bahwa dia kabur sambil membawa uang negara dalam jumlah yang banyak.

Ghani menyatakan siap untuk diselidiki mengenai uang tersebut untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Tudingan itu rupanya berasal dari mantan Duta Besar Afghanistan untuk Tajikistan, Zahir Aghbar.

Aghbar menuduh Ghani membawa sekitar 169 juta dollar AS bersamanya ketika dia meninggalkan negara itu.

Baca juga: AS Prihatin Lihat Susunan Kabinet Pemerintahan Baru Afghanistan

"Meninggalkan Kabul adalah keputusan paling sulit dalam hidup saya, tapi saya percaya itu satu-satunya cara untuk membungkam senjata dan menyelamatkan Kabul dan 6 juta warganya," kata Ghanis dalam surat tersebut.

Ghani, yang saat ini berada di Abu Dhabi, menyesalkan bahwa, seperti para pendahulunya, dia juga tak mampu membawa perdamaian dan kemakmuran ke Afghanistan.

“Dengan penyesalan yang mendalam, bagian saya sendiri berakhir dengan tragedi yang sama dengan pendahulu saya,” ujar Ghani.

"Saya meminta maaf kepada rakyat Afghanistan bahwa saya tidak bisa mengakhirinya dengan cara yang berbeda,” sambungnya.

Baca juga: Tidak Ada Wanita di Pemerintahan Baru Afghanistan, Ini Kata Taliban

Sejak mayoritas pasukan asing hengkang dari Afghanistan, Taliban dengan cepat menduduki wilayah-wilayah Afghanistan.

Satu per satu ibu kota provinsi kemudian jatuh hingga akhirnya Taliban menduduki Kabul pada 15 Agustus.

Dalam sebuah wawancara dengan outlet Afghanistan TOLO News, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Ghani berucap kepadanya pada malam sebelum dia meninggalkan Afghanistan bahwa dia siap bertempur sampai mati.

“Saya tentu tidak tahu tentang itu, dan kami tentu tidak melakukan apa pun untuk memfasilitasinya,” kata Blinken.

Baca juga: Ratusan Warga Afghanistan Demo di Kabul Tuntut Kebebasan dan Tolak Campur Tangan Pakistan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com