Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Perubahan Ikilim, Bencana di Dunia Meningkat 5 Kali Lipat

Kompas.com - 06/09/2021, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

JENEWA, KOMPAS.com – Akibat perubahan iklim, bencana yang terjadi di sleuruh dunia meningkat lima kali lipat dalam 50 tahun terakhir.

Laporan tersebut disampaikan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam publikasi terbarunya yang dirilis pada Rabu (1/8/2021).

Publikasi tersebut menyurvei sekitar 11.000 bencana yang terjadi antara 1979 hingga 2019 sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Ekonomi Korut Babak Belur, Kim Jong Un Desak Upaya Penanganan Bencana dan Pandemi

WMO juga meninjau tentang kematian dan kerugian ekonomi akibat cuaca, air, dan iklim ekstrem secara komprehensif dalam publikasi tersebut.

Bencana paling parah yang dicatat dalam kurun waktu 50 tahun salah satunya adalah kekeringan 1983 di Etiopia dengan 300.000 kematian.

Laporan tersebut menggarisbawahi tren bencana yang semakin meningkat di mana jumlah bencana meningkat hampir lima kali lipat sejak 1970-an hingga 10 tahun terakhir.

Ini juga mengindikasikan bahwa pemanasan global membuat bencana dan cuaca ekstrem menjadi lebih sering di seluruh dunia.

Baca juga: WMO: Banyak Terjadi Bencana Iklim, tapi Tingkat Kematian Lebih Sedikit

WMO juga mengaitkan bahwa semakin parah perubahan iklim maka semakin banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia.

Akibat masifnya bencana yang terjadi selama 50 tahun terakhir, lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia meninggal.

Lebih dari 91 persen dari 2 juta kematian akibat bencana selama 50 tahun terakhir terjadi di negara berkembang.

Bencana yang masif juga mencatatkan kerugian sebesar 3,64 triliun dollar AS (Rp 52.007 trilun) di seluruh dunia.

Baca juga: 2 Juta Orang di Dunia Meninggal akibat Bencana, Makin Parah karena Perubahan Iklim

Kerugian yang ditanggung akibat bencana juga semakin meningkat bila dekade 1970-an dibandingkan dengan dekade 2010-an.

"Kerugian ekonomi meningkat seiring meningkatnya eksposur," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas dalam kata pengantar publikasi tersebut.

Kendati korban tewas sangat banyak, jumlah korban tewas justru menurun bila dekade 1970-an dibandingkan dengan dekade 2010-an.

Penurunan jumlah korban jiwa ini tak lepas dari mitigasi dan peringatan dini mengenai bencana yang semakin baik dari tahun ke tahun.

Baca juga: Joe Biden Umumkan Badai Ida Sebagai Bencana Besar

"Peningkatan sistem peringatan dini multi-bahaya membuat penurunan angka kematian yang signifikan," tambah Taalas.

WMO berharap laporan tersebut dapat digunakan pemerintah guna membantu mengembangkan kebijakan untuk melindungi masyarakat dengan lebih baik.

Di sisi lain, Hanya setengah dari 193 anggota WMO yang memiliki sistem peringatan dini multi-bahaya.

Publikasi juga menuliskan bahwa kesenjangan yang parah dalam pengamatan cuaca, terutama di Afrika, juga merusak keakuratan sistem peringatan dini.

Baca juga: Korban Tewas Gempa Haiti Capai 1.419 Orang, Bencana Alam Lain Mengancam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com