Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antre Berjam-jam demi Bahan Bakar, Warga Lebanon Ramai-ramai Shalat di Pom Bensin

Kompas.com - 04/09/2021, 18:53 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

 

JIYEH, KOMPAS.com - Puluhan jemaah Lebanon menggelar shalat Jumat di pompa bensin di selatan Beirut yang penuh dengan antrian kendaraan mengantre bahan bakar.

Sheikh Ali al-Hussein memimpin ibadah ini untuk menyoroti kesulitan yang diderita oleh orang-orang yang tidak dapat meninggalkan tempat mereka dalam antrean gas, selama krisis ekonomi terburuk dalam sejarah Lebanon.

Dia pun menggelar ibadah di dekat sebuah stasiun bagi orang-orang yang harus mengantre hingga sepanjang lima kilometer (tiga mil) di Jiyeh.

Baca juga: Tangki Bahan Bakar Ilegal Meledak di Lebanon, 28 Tewas 79 Luka-luka

Sheikh Ali al-Hussein mengecam politisi karena korupsi dan salah urus mereka.

“Tujuannya (shalat berjamaah) adalah untuk mengirim pesan ke kelompok politik yang harus disalahkan atas kesengsaraan bangsa ini,” katanya melansir AP pada Jumat (3/8/2021).

Hal itu menyorot krisis ekonomi dan keuangan Lebanon, yang telah menjerumuskan lebih dari setengah penduduk Lebanon ke dalam kemiskinan.

Krisis dua tahun di negara itu diperparah oleh pandemi dan ledakan besar tahun lalu di pelabuhan Beirut. Sedikitnya 214 orang tewas dalam insiden itu dan sebagian besar kota hancur.

Krisis juga berdampak pada adanya pemadaman listrik yang melumpuhkan dan kekurangan bensin dan solar yang parah.

Krisis bahan bakar diduga terjadi karena penyelundupan dan ketidakmampuan pemerintah, yang kekurangan uang untuk mengamankan pengiriman produk minyak.

Pemandangan umum dari sebuah pompa bensin di jalan raya utama yang menghubungkan Ibu Kota Beirut ke Lebanon selatan saat mobil datang dari segala arah untuk mencoba dan mengisi tangki mereka dengan bensin, di kota pesisir Jiyeh, selatan Beirut, Lebanon, Jumat, September 3, 2021. AP PHOTO/HASSAN AMMAR Pemandangan umum dari sebuah pompa bensin di jalan raya utama yang menghubungkan Ibu Kota Beirut ke Lebanon selatan saat mobil datang dari segala arah untuk mencoba dan mengisi tangki mereka dengan bensin, di kota pesisir Jiyeh, selatan Beirut, Lebanon, Jumat, September 3, 2021.

Baca juga: Pertama dalam 7 Tahun, Jet Tempur Israel Serang Wilayah Lebanon

Hanya untuk mendapatkan bensin, orang harus mengantri berjam-jam. Masyarakat Lebanon biasanya menyebutnya "antrian memalukan", dan parahnya kondisi ini terkadang juga berbahaya.

Beberapa orang harus meletakkan komputer mereka di belakang kemudi, sementara mereka menunggu. Yang lain menghabiskan waktu dengan menelepon atau bermain game di ponsel mereka.

Banyak lainnya menunggu dengan berkeringat dalam keheningan selama berjam-jam.

Mereka hanya bisa berharap mereka tidak terjebak dalam adu senjata atau adu jotos, kejadian yang semakin umum di pompa bensin yang padat di seluruh negeri.

Terkadang, pelanggan mendapatkan giliran setelah menunggu lama di musim panas yang panas dan lembab, hanya untuk diberitahu bahwa listrik padam dan pompa berhenti bekerja.

Lalu ada yang bermalam di kendaraan di luar SPBU.

Baca juga: Ketegangan Meningkat, Israel Lancarkan Serangan Udara ke Lebanon

376 / 5000
Translation results
Seorang pria mengumandangkan salat ketika puluhan orang mengadakan salat Jumat di sebuah pompa bensin untuk memprotes kekurangan bahan bakar yang parah yang telah disaksikan Lebanon selama berminggu-minggu, di kota pesisir Jiyeh, selatan Beirut, Lebanon, Jumat, 3 September 2021.AP PHOTO/HASSAN AMMAR 376 / 5000 Translation results Seorang pria mengumandangkan salat ketika puluhan orang mengadakan salat Jumat di sebuah pompa bensin untuk memprotes kekurangan bahan bakar yang parah yang telah disaksikan Lebanon selama berminggu-minggu, di kota pesisir Jiyeh, selatan Beirut, Lebanon, Jumat, 3 September 2021.

Pada Jumat (3/9/2021), kelompok jemaah Lebanon mengambil langkah lebih jauh, mengadakan shalat Jumat massal di sebuah stasiun di jalan raya selatan ibukota Beirut, di mana barisan mobil memblokir jalan.

Krisis bahan bakar memburuk secara dramatis dalam beberapa pekan terakhir setelah bank sentral Lebanon memutuskan untuk mengakhiri subsidi untuk produk bahan bakar.

Kebijakan putus asa itu kemungkinan akan menyebabkan kenaikan harga hampir semua komoditas di Lebanon, yang sudah berada dalam pergolakan lonjakan kemiskinan dan hiperinflasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com