Dia menuturkan sebenarnya dia bisa saja mendapatkan perlindungan di Inggris. Namun, dia melihat ada peluang di "Negeri Bir".
Namun tidak menguasai bahasa setempat, Sadaat yang awalnya datang sendiri mengaku kesulitan mencari pekerjaan.
Baca juga: Afghanistan Terkini: Roket Beterbangan di Atas Kabul Menuju Arah Bandara
Sempat tertunda sejak wabah Covid-19 menghantam, Sadaat mengatakan dia mengambil kelas bahasa Jerman selama empat jam setiap harinya.
Tidak hanya itu. Dia juga mengambil pekerjaan sebagai pengantar makanan untuk perusahaan pengantaran Lieferando.
Per jam, dia mengantongi bayaran 15 euro (Rp 254.090). Cukup untuk pengeluaran bulanan, termasuk biaya sewa apartemen.
Sadaat berujar, dia tidak menyesal datang ke Jerman. Dia mengatakan sempat kesulitan, tapi kini dia sudah terbiasa.
Baca juga: Serangan Drone AS ke ISIS-K Ternyata Juga Tewaskan 3 Bocah Afghanistan
Bahkan setiap bulannya, dia bisa melahap jarak hingga 1.200 km. "Saya melakukannya hingga mendapat pekerjaan lain," tuturnya.
Dia menjelaskan peluangnya makin terbuka Jerman setelah AS dan sekutunya di NATO (Jerman sebagai anggota) menarik diri dari Afghanistan.
Dia mengeklaim bisa menjembatani pemerintahan setempat dengan pengungsi, meski sampai saat ini belum menerima tawaran.
Sementara untuk Taliban, dia berkata kelompok tersebut mungkin sudah belajar dari masa lalunya ketika digulingkan pada 2001.
Meski begitu, Sadaat meminta kepada komunitas internasional untuk tidak berhenti memberikan dukungan kepada negaranya.
Baca juga: Kolonel Afghanistan Ini Ungkap Penyebab Utama Kejatuhan Negaranya ke Taliban
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.