WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Dengan mata tertutup, suara pecah, Joe Biden secara fisik mencerminkan pukulan mengerikan terhadap kepresidenannya dari tewasnya 13 tentara Amerika Serikat (AS) akibat bom Kabul Afghanistan.
Dalam pidato kenegaraannya di Gedung Putih, Biden menundukkan kepala sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari wartawan, yang menekannya atas kekacauan dari penarikan pasukan hingga berujung peristiwa berdarah ledakan bom Afghanistan.
Presiden ke-46 AS itu kadang-kadang tampak hampir menangis ketika berbicara tentang "para pahlawan" yang tewas, dan saat berjanji memburu para pelaku, ada nada keras dalam suaranya.
Baca juga: ISIS-K Dalang di Balik Bom Bunuh Diri Kabul Afghanistan, Joe Biden Bersumpah Memburu
Tidak diragukan lagi bahwa kepresidenan Biden terguncang oleh bom Kabul Afghanistan.
Pada Januari saat dilantik, Biden menjanjikan ketenangan di dalam negeri dan kehormatan bagi Amerika Serikat di luar negeri setelah tahun-tahun Donald Trump yang bergejolak.
Namun, kini Biden menghadapi jalan terjal untuk meyakinkan bangsa dan mitra Amerika bahwa kedua tujuan itu masih bisa dicapai.
Politisi Demokrat berusia 78 tahun tersebut sempat tenang saat penarikan pasukan dan evakuasi berjalan lebih baik dari yang diperkirakan.
Pada Kamis pagi (26/8/2021) di Washington, Gedung Putih dengan bangga mengumumkan lebih dari 95.000 orang diterbangkan dengan selamat sejak jatuhnya Kabul ke tangan Taliban.
Akan tetapi, bom Afghanistan terbaru kembali membuat posisi Biden terpojok.
Baca juga: Bom Afghanistan Terbaru, Mimpi Buruk yang Jadi Kenyataan
Menutup diri dengan ajudan di Ruang Situasi, Biden membatalkan pertemuan gubernur negara bagian dan mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Naftali Bennett yang sedang berkunjung, bahwa pertemuan yang direncanakan di Oval Office harus ditunda hingga Jumat (27/8/2021).
"Setiap hari di mana Anda kehilangan nyawa tentara mungkin adalah hari terburuk kepresidenan Anda."
Biden bukan yang memulai perang Afghanistan, melainkan George W Bush yang mengawalinya.
Biden juga orang pertama dari empat presiden yang benar-benar menepati janji untuk mengakhiri perang.
Tetapi seperti yang dikatakan Biden sendiri, akan ada konsekuensi yang dia hadapi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.