Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Ratusan Pengungsi Afghanistan dari Pakistan Ingin Pulang ke Tanah Air Mereka

Kompas.com - 27/08/2021, 10:12 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

KABUL, KOMPAS.com - Di dalam truk-truk penuh karpet, seprai dan selimut, baju dan bahkan kambing, sekitar 200 pengungsi Afghanistan menunggu untuk kembali pulang dari Pakistan ke arah Spin Boldak di bagian selatan negara mereka.

Ribuan orang berusaha keras lari meninggalkan Afghanistan karena khawatir akan periode pemerintahan yang keras, setelah Taliban mengambil alih kekuasaan secara cepat karena penarikan pasukan AS. Berbagai gambar muncul mengenai kekacauan di bandara Kabul.

Namun, sejumlah keluarga Afghanistan ingin kembali ke tanah air mereka, dengan mengatakan Taliban akan membawa stabilitas ke negara mereka yang dicabik-cabik perang itu, seperti yang dilansir dari VOA Indonesia pada Kamis (26/8/2021).

Baca juga: Setelah Bom di Kabul, Ahli Khawatir Afghanistan Jadi Tanah Subur untuk Terorisme

“Kami beremigrasi dari Afghanistan selama pengeboman dan masa-masa sulit, sewaktu Muslim dalam kesusahan, sekarang Alhamdulillah, situasinya normal. Jadi, kami akan kembali ke Afghanistan,” kata Molavi Shaib, salah satu pengungsi Afghanistan dari Pakistan, kepada AFP sewaktu menunggu di perbatasan.

Ribuan orang terlihat melewati jalur perdagangan di pegunungan yang memisahkan Spin Boldak dari Chaman di bagian barat daya Pakistan setiap hari. Perbatasan kedua negara itu dipisahkan oleh parit sedalam 2,5 meter yang dipenuhi kawat berduri.

Sementara banyak orang berusaha melarikan diri dari pemerintahan Taliban, Pakistan meningkatkan keamanan di perbatasannya, membuat proses pengungsian semakin ketat.

Baca juga: UPDATE Korban Bom Afghanistan: 90 Warga Sipil Tewas, 13 Tentara AS Meninggal

“Orang-orang ingin kembali, tetapi mereka tidak diizinkan untuk menyeberang, kami meminta pemerintah Pakistan agar mengizinkan kami untuk melintasi perbatasan karena tidak ada perang, dan perdamaian telah dibangun,” kata Muhammad Nabi, pengungsi Afghanistan dari Pakistan lainnya. 

“Keluarga kami, dengan perempuan dan anak-anak, menunggu, untuk melewati perbatasan,” lanjutnya.

Pakistan telah menampung lebih dari 2 juta pengungsi Afghanistan sejak gelombang pertama perang berkobar di Afghanistan lebih dari 40 tahun silam.

Baca juga: Usai 2 Bom Kabul Afghanistan, Ledakan Besar Ketiga Guncang Ibu Kota

 

Jumlah pengungsi berfluktuasi tergantung pada intensitas perang, tetapi negara itu telah menyatakan sikap untuk tidak menerima pengungsi lagi.

Para pengungsi Afghanistan telah lama mengeluh karena merasa tidak diterima dengan baik, dengan mendapat hanya sedikit akses ke lapangan kerja dan hak kewarganegaraan.

Banyak yang kemudian saling melontarkan tudingan kesalahan pada pihak lain. Kedua negara juga saling menuduh bahwa pihak lain membantu kelompok-kelompok militan.

Islamabad telah lama dianggap melindungi Taliban dan mungkin merupakan salah satu dari sedikit negara yang memiliki hubungan dekat dengan rezim baru di Kabul.

Baca juga: Indonesia Kecam Bom Kabul Afghanistan yang Tewaskan 60 Warga Sipil dan 13 Tentara AS

Orang-orang yang ingin kembali menyatakan mereka akan memiliki kehidupan lebih baik di Afghanistan.

Ini kontras dengan mayoritas gambar-gambar yang beredar dari bandara Kabul, di mana orang-orang tampak bergelantungan di bagian luar pesawat dan sedikitnya satu orang tewas karena terjatuh dari sebuah jet yang sedang lepas landas.

Banyak di antara mereka yang berusaha keluar Afghanistan khawatir akan pembalasan dari Taliban, setelah mereka bekerja bagi pemerintah negara asing yang memerangi kelompok militan itu dalam perang 20 tahun.

Namun, Nabi mengatakan kepada AFP ia yakin bahwa berakhirnya konflik akan membawa masa depan yang lebih cerah.

Baca juga: Bom Afghanistan Terbaru, Ini Sejumlah Fakta yang Terhimpun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com