KABUL, KOMPAS.com - Presiden Ashraf Ghani pernah berjanji untuk membangun kembali Afghanistan.
Tapi, dilansir NBC News, pada Minggu (15/8/2021), Ghani melarikan diri dari negara itu, beberapa jam setelah Taliban memasuki ibu kota Kabul.
Dia, meninggalkan warisan janji-janji yang mulia tetapi tidak terpenuhi.
Baca juga: Dikepung Taliban, Presiden Ashraf Ghani Tinggalkan Afghanistan
Ghani, pergi setelah tujuh tahun naik ke tampuk kekuasaan pada Agustus 2014, dengan visi membangun sebuah negara yang dapat bergerak, melampaui perang, dan dimodernisasi.
Sering dicap sebagai teknokrat dan dianggap sebagai pakar di negara-negara gagal, Ghani menekankan upaya untuk mengendalikan korupsi.
Dia juga berjanji meningkatkan peluang ekonomi dan memperkuat perlindungan hak asasi manusia, khususnya, hak-hak perempuan.
Tetapi, Taliban bangkit kembali. Dukungan politik Afghanistan yang hangat, namun ditambah dukungan internasional yang berkurang, membuatnya tidak memiliki banyak pilihan.
Apalagi, militer AS juga ditarik.
Baca juga: Profil Pemimpin Dunia: Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan
Alex Thier, mantan pejabat Badan Pembangunan Internasional AS, yang juga penasihat pemerintah Afghanistan setelah jatuhnya Taliban, mengatakan bahwa Ghani sudah bekerja keras.
Dia menghabiskan waktu bertahun-tahun membangun dukungan internasional untuk proyek-proyek perbaikan institusi Afghanistan.
Tetapi, Thier menyebut, pekerjaan itu tak sepenuhnya terlaksana ketika Ghani berurusan dengan realitas politik "negara yang retak" sebagai presiden.
"Dia lebih seperti seorang teknokrat dan visioner daripada dia seorang pemimpin politik, dan saya pikir itu sangat menantang dan mahal," ujar Thier.
"Kenyataannya, Afghanistan adalah negara multietnis yang beragam dengan banyak pusat kekuasaan yang berbeda dan banyak tuntutan kompromi," kata Thier.
Baca juga: Taliban: Tidak Ingin Monopoli Afghanistan, Hanya Presiden Ashraf Ghani Harus Dicopot
Selama masa kepresidenannya, Taliban mampu memperkuat kehadiran mereka di Afghanistan, yang akhirnya menjadi begitu kuat sehingga Ghani tidak dilibatkan dalam pembicaraan damai antara AS dan Taliban pada September 2019.
Dan pada hari Minggu, kebangkitan Taliban mengubah segalanya.