Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Terjang Peimimpin Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar, Veteran Perang yang Usir Soviet hingga Negosiator Ulung

Kompas.com - 18/08/2021, 09:14 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

KABUL, KOMPAS.com - Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu pendiri Taliban yang dibebaskkan dari penjara di Pakistan 3 tahun lalu, atas permintaan pemerintah AS.

Sembilan bulan lalu, Baradar berfoto dengan mantan menteri luar negeri Donald Trump, Mike Pompeo, untuk menandatangani kesepakatan damai di Doha, yang berantakan.

Pada Minggu (15/8/2021), pasukannya telah merebut Kabul dan dia sekarang menjadi kandidat kuat menjadi pemimpin Afghanistan selanjutnya.

Baca juga: AS Ajukan Syarat ke Taliban jika Pemerintahannya di Afghanistan Ingin Diakui

Baradar dilaporkan telah terbang dari Doha ke Kabul pada Minggu malam waktu setempat (15/8/2021), saat para militan menyerbu istana presiden Afghanistan Ashraf Ghani, seperti yang dilansir dari Daily Mail pada Senin (16/8/2021).

Namun, bagaimanakah sepak terjang Baradar di Taliban sejauh ini?

Baradar sebenarnya bukan pemimpin tertinggi Taliban. Pemimpin tertinggi adalah Haibatullah Akhundzada.

Baradar merupakan kepala kantor politik Taliban dan salah satu sosok pemimpin yang wajahnya paling dikenali publik. Ia terlibat dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan yang ditengahi AS di Qatar.

Pria berusia 53 tahun itu adalah wakil pemimpin di bawah mantan kepala Mullah Mohammed Omar, yang mendukung pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, sehingga menyebabkan invasi Barat ke Afghanistan dipimpinan AS, setelah peristiwa 9/11.

Baca juga: Sosok Misterius Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid Muncul di Publik untuk Pertama Kali

Baradar memiliki pengalaman tempur yang tak main-main, dia dengan pasukannya pernah bertempur melawan Soviet pada 1980-an dan berhasil menyingkirkan mereka pada 1989.

Pria kelahiran 1968 di provinsi Uruzgan kemudian mendirikan sekolah Islam bersama mantan komandannya di Kandahar, tempat ia dibesarkan, di tengah perang saudara berdarah antara panglima perang.

Setelah itu, kedua mullah tersebut membantu mendirikan gerakan Taliban, sebuah ideologi yang menganut ortodoksi garis keras dan berjuang untuk pembentukan Imarah Islam.

Dipicu oleh kefanatikan, kebencian terhadap panglima perang yang rakus, dan dengan dukungan keuangan dari dinas rahasia Pakistan, Taliban merebut kekuasaan pada 1996, setelah menaklukkan ibu kota provinsi sebelum masuk Kabul, seperti yang mereka lakukan dalam beberapa bulan terakhir.

Baradar memiliki sejumlah peran berbeda selama 5 tahun Taliban memerintah Afghanistan. Dia pernah menjabat sebagai wakil menteri pertahanan ketika AS menginvasi pada 2001.

Sekalipun dia tidak muncul di publik, dia tetap aktif dalam kepemimpinan Taliban di pengasingannya di Pakistan.

Baca juga: Gelar Konpers Pertama, Taliban Janji Hormati Hak Perempuan Menurut Syariah

Perjanjian Doha

Pada 2010, CIA melacak Baradar hingga ke kota Karachi di Pakistan dan pada Februari tahun itu, dinas intelijen Pakistan (ISI) menangkapnya.

Namun pada 2018, dia dibebaskan atas permintaan pemerintahan Trump sebagai bagian dari negosiasi AS yang sedang berlangsung dengan Taliban di Qatar, dengan pemahaman bahwa dia dapat membantu menengahi perdamaian.

Pada Februari 2020, Baradar menandatangani Perjanjian Doha, di mana AS berjanji untuk meninggalkan Afghanistan dan Taliban akan masuk ke dalam pengaturan pembagian kekuasaan dengan pemerintah Presiden Ashraf Ghani di Kabul.

Baca juga: Suasana Afghanistan Hari Ini: New Normal di Kabul Usai Dikuasai Taliban

Kemudian pada September 2020, ia berfoto bersama dengan Mike Pompeo menteri luar negeri AS era Trump, yang "mendesak Taliban untuk mengambil kesempatan ini untuk menjalin penyelesaian politik dan mencapai gencatan senjata yang komprehensif dan permanen".

Disebutkan pertemuan itu memiliki tujuan untuk mengakhiri perang 40 tahun dan memastikan bahwa Afghanistan bukan ancaman bagi Amerika Serikat atau sekutunya.

Perjanjian Doha digembar-gemborkan sebagai deklarasi perdamaian yang penting, tetapi tidak berjalan dan Taliban tetap melakukan penyerangan. Mengutip Daily Mail, itu hanyalah trik Taliban mengalahkan AS.

Para milisi Taliban menunggu sampai ribuan tentara Amerika pergi, sebelum melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut kembali Afghanistan, mematahkan kerja sama selama 2 dekade oleh koalisi pimpinan AS.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Mullah Baradar, Pendiri Taliban Kandidat Kuat Presiden Baru Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Global
Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com