Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Bersiap Hidup-Mati dengan Covid-19 dalam Jangka Panjang

Kompas.com - 17/08/2021, 18:22 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

SINGAPURA, KOMPAS.com - Dengan hanya beberapa lusin kematian akibat Covid-19 dan menjadi salah satu negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, Singapura ingin membuka kembali bisnisnya.

Negara kota itu pun mulai meletakkan dasar untuk hidup jangka panjang dengan virus corona seperti halnya penyakit umum lainnya seperti sebagai flu.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Jumlah Pasien Covid-19 Kritis di Singapura Meningkat | Tiga Peluru Dikirim ke Paus Fransiskus

Pakar medis Singapura mengatakan penduduknya mungkin akan melihat ratusan kematian setiap tahun akibat Covid-19 endemik, mirip dengan flu.

Pendekatan pragmatis itu akan menjadi contoh bagi negara-negara lain, yang ingin keluar dari penguncian Covid-19, saat mereka meningkatkan program inokulasi mereka sendiri.

"Satu-satunya cara agar tidak ada kematian akibat penyakit di mana pun di dunia adalah dengan menghilangkan penyakit itu sama sekali dan itu baru hanya terjadi pada cacar," kata Paul Tambyah, presiden Asia Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection.

Covid-19 Singapura telah melaporkan hanya 44 kematian sejak wabah dimulai pada awal Januari 2020. Kondisi itu, dibandingkan dengan sekitar 800 kematian yang menurut dokter terkait flu pada tahun biasa, di negara dengan populasi 5,7 juta.

"Walaupun gagasan tentang ratusan kematian akibat Covid-19 tampaknya mengejutkan dibandingkan dengan kematian sejauh ini dan layak dilakukan upaya pencegahan, itu setara dengan influenza, yang hampir tidak dipedulikan masyarakat," kata Alex Cook, pakar pemodelan penyakit menular di National Universitas Singapura (NUS).

Sebanyak 1.000 orang mungkin meninggal dalam satu atau dua tahun ke depan di Singapura jika vaksinasi di kalangan orang tua tidak membaik, tambahnya.

Baca juga: Mulai Khawatir soal Pekerja Lokal, Singapura Ubah Kebijakan Pekerja Asing

Para ahli memperkirakan sebagian besar kematian akan terjadi di antara mereka yang berada dalam kelompok usia tertua, yang tetap tidak divaksinasi meskipun memenuhi syarat untuk kurang dari setengah tahun.

Bulan ini, Menteri Kesehatan negara itu, Ong Ye Kung, mengatakan ketika ekonomi terbuka, warga “Negeri Singa” harus "siap secara psikologis bahwa jumlah kematian akibat Covid-19 kemungkinan juga akan naik."

Tiga perempat populasi Singapura sepenuhnya diinokulasi terhadap virus corona, dan negara itu akan melonggarkan lebih banyak pembatasan pada September, ketika tingkat vaksinasi mencapai 80 persen.

Pada 16 Agustus, 80 persen dari mereka yang berusia 70 tahun ke atas telah divaksinasi lengkap, dan yang berusia 60-69 tahun mencapai 88 persen.

Singapura melaporkan enam kematian Covid-19 dalam dua minggu terakhir, diantara mereka tidak ada yang divaksinasi.

“Hasil awal pemodelan matematika memperkirakan jumlah kematian dari manula berusia 60 tahun ke atas akan menjadi sekitar 480 pada 2022,” kata Teo Yik Ying, dekan Saw Swee Hock School of Public Health di NUS melansir Reuters pada Selasa (17/8/2021).

Baca juga: Singapura Keluarkan Aturan Tahap Persiapan Covid-19 Jadi Endemik Mulai 10 Agustus

Negara-negara lain yang memiliki keberhasilan awal dengan virus, seperti Australia, juga mengubah strategi mereka, untuk bersiap menghadapi lebih banyak kematian akibat Covid-19 di era di mana penyakit ini tetap ada.

Tetapi sebagai salah satu negara yang paling banyak divaksinasi di dunia, Singapura mungkin yang pertama menunjukkan apa artinya itu.

“Jika negara-negara mulai bergerak ke arah strategi endemik Covid-19, diprediksi akan ada lebih banyak kematian terkait, meskipun masih belum jelas berapa banyak dari ini akan menjadi kematian berlebih dan berapa banyak yang akan terjadi terlepas dari Covid-19, " ucap Teo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com