Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Atlet Wanita di Olimpiade Tokyo yang Merangkap Ilmuwan

Kompas.com - 14/08/2021, 17:38 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Minat utamanya adalah dalam fisika medis. Dia belajar sekaligus mengembangkan perangkat yang dapat memperbaiki diagnosis dan perawatan kanker.

"Saya ingin punya dua karier karena, saat situasi di laboratorium sedang tidak baik, saya bisa bilang ke diri sendiri bahwa saya seorang pelari dan itu hal yang bagus," kata Shanahan kepada harian Cambridge Independent menjelang Olimpiade Tokyo.

"Kini, saat tampil buruk di atletik, saya bisa selalu menganggap diri jadi ahli fisika kuantum."

Baca juga: Kisah Riley Day, Atlet Olimpiade yang Kerja di Supermarket karena Tak Punya Sponsor

6. Nadine Apetz (Jerman)

Cukup dengan masuk ke ring tinju di Tokyo, Apetz sudah membuat sejarah. Dia menjadi wakil pertama bagi Jerman untuk cabang olahraga tinju putri Olimpiade.

Namun kiprah perempuan 35 tahun itu di Olimpiade tidaklah lama. Dia kalah dari petinju India, Lovlina Borgohain di kelas welter.

Setelah memenangkan sejumlah medali di turnamen-turnamen Eropa dan Kejuaraan Tinju Dunia, Apetz kini berfokus pada kariernya yang lain.

Penyandang gelar master dalam ilmu syaraf dari Universitas Bremen, kampung halamannya, dia kini ingin meraih gelar doktor di University Hospital di Cologne, juga di Jerman.

Apetz tengah mempelajari teknik yang disebut stimulasi otak mendalam, yang melibatkan penerapan arus listrik atau elektromagnetik ke area 'materi abu-abu' tertentu.

Perawatan ini punya potensi besar dan di masa depat bisa menolong mereka yang mengidap penyakit Parkinson, yaitu suatu kondisi degeneratif yang mempengaruhi neuron yang bertanggung jawab atas gerakan dan kontrol otot.

"Persiapan untuk Olimpiade Tokyo ini cukup bikin stres. Sepulang dari Jepang, saya akan berkonsentrasi 100 persen atas studi saya," kata Apetz kepada laman IOC.

Baca juga: Atlet Cilik Peraih Medali Emas Olimpiade Ini Belum Pernah ke Taman Hiburan karena Tidak Punya Uang

7. Andrea Murez (Israel)

Andrea Murez menyandang gelar sarjana ilmu biologi dari Univesitas Stanford, AS.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Andrea Murez menyandang gelar sarjana ilmu biologi dari Univesitas Stanford, AS.
Kelahiran California, AS, atlet Israel berusia 29 tahun itu merupakan lulusan ilmu biologi dari Universitas Stanford.

Namun, keahliannya dalam berenang membuat Murez bisa berkompetisi di Maccabiads, yaitu ajang olahraga empat tahunan di Israel.

Tampil bagus, Murez memutuskan pindah secara permanen ke Israel dan mewakili negaranya.

Di Olimpiade Tokyo, perenang yang juga sarjana biologi dan kandidat doktor itu tampi di empat nomor: 50, 100 dan 200 meter gaya bebas serta 4x100 meter estafet gaya campuran.

Penampilan terbaik Murez terjadi di nomor estafet, dengan mengantar tim Israel ke posisi delapan di final.

Baca juga: Cerita Atlet Loncat Indah Dapat Nilai 0,0 di Olimpiade Tokyo: Saya Takut Cedera

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com