Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Hilangnya Rp 8,8 Triliun Uang Kripto, Dikembalikan Hacker dengan Pesan Aneh

Kompas.com - 13/08/2021, 07:08 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Para investor mata uang kripto dikejutkan dengan kabar hilangnya uang digital senilai 613 juta dollar AS (Rp 8,8 triliun), tetapi secara bertahap dikembalikan oleh pencurinya.

Apakah si pencuri ini sengaja melakukannya untuk mengungkap kelemahan sistem, atau mengembalikan karena takut ditangkap? Semua masih misteri.

Peretas menyerang Poly Network, perusahaan yang menangani transfer mata uang kripto, pada Selasa (10/8/2021) dalam salah satu pencurian uang digital terbesar sepanjang sejarah.

Baca juga: Polisi Malaysia Gilas 1.069 Mesin Penambang Bitcoin dengan Steamroller

Namun, pada Kamis (12/8/2021) pelaku mengembalikan hampir semua uang yang dicurinya secara bertahap.

Dalam pesan yang disematkan dalam transfer, pencuri bersikeras bahwa uang itu dicuri dengan niat baik.

"Saya tidak terlalu tertarik dengan uang!" tulis si hacker, menambahkan bahwa memang ada rencana untuk mengembalikan dana tersebut.

Ilustrasi bitcoin. PIXABAY/MICHAELWUENSCH Ilustrasi bitcoin.
Pawel Aleksander, ahli dalam melacak pencurian mata uang kripto mengatakan, pencuri biasanya mencoba menutupi jejak dengan membagi uang dan memindahkannya.

"Kadang-kadang menggunakan ratusan ribu transaksi berturut-turut," ungkapnya dikutip dari AFP.

Banyak penggemar kripto memuji peretas Poly sebagai pahlawan berprinsip, tetapi ada juga yang curiga uang dikembalikan karena detektif sedang mengejar mereka.

Pengembalian dimulai setelah SlowMist, perusahaan investigasi lain, mengeklaim telah mengidentifikasi beberapa detail pribadi peretas termasuk alamat e-mail mereka.

"Sulit untuk mengatakan apa niat awal peretas itu," kata rekan Aleksander, Roman Bieda.

"Peretas mungkin hanya takut akan tindakan yang diambil terhadapnya," dia menduga.

Baca juga: Miliarder Bitcoin Tewas Tenggelam, Salah Satu yang Terkaya di Dunia

Ia juga menjelaskan, ada golongan peretas "white hat" yang sering berusaha mempermalukan perusahaan secara publik karena lemahnya sistem keamanan mereka.

Ilustrasi hackerShutterstock Ilustrasi hacker
Dalam pesan terenkripsi dengan peretas yang dijuluki "Mr White Hat", Poly menawarkan 500.000 dollar AS (Rp 7,2 miliar) sebagai hadiah dan berjanji, "Kami meyakinkan Anda bahwa Anda tidak akan ditindak atas insiden ini."

Tetapi peretas menulis bahwa mereka menolak hadiah itu dengan berkata, "Saya akan mengirim semua uangnya kembali."

Kejahatan yang melibatkan mata uang kripto sedang dalam tren menurun, meskipun ada pencurian spektakuler seperti ini dan kekhawatiran tentang penggunaannya oleh geng kriminal.

Pencurian paling terkenal adalah hilangnya 850.000 Bitcoin dari bursa Jepang Mt Gox pada 2014. Bernilai sekitar 470 juta dollar AS pada saat itu, nilainya sekarang dapat mencapai 38 miliar dollar AS (Rp 546,37 triliun).

Mata uang kripto Jepang lainnya, Coincheck, diretas hampir 500 juta dollar AS pada 2018.

Dalam kedua kasus tersebut teknologi yang digunakan mata uang kripto memungkinkan sebagian dana untuk dilacak, tetapi bagi Mt Gox sudah terlambat untuk menyelamatkan perusahaan.

Mata uang kripto menggunakan blockchain, buku besar digital yang mencatat setiap transaksi yang dilakukan.

Baca juga: Mr White Hat, Pencuri Kripto Rp 8,8 Triliun, Kembalikan Semua Curiannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com