BEIJING, KOMPAS.com - Deretan kendaraan berlapis lumpur tak berujung yang rusak akibat banjir mematikan bulan lalu di China, terbengkalai di tempat parkir daerah Zhengzhou.
Pemandangan itu seolah menjadi sebuah monumen peringatan akan kekuatan bencana yang melanda provinsi Henan Juli lalu.
Baca juga: UPDATE Banjir China: 302 Orang Tewas, 50 Hilang
Wilayah ini sedang dibangun kembali setelah banjir paling mematikan dalam satu dekade mendatangkan malapetaka di seluruh provinsi pertengahan Juli, menewaskan lebih dari 300 orang dan merusak ribuan mobil dan bangunan.
"Kami terpaksa meninggalkan kendaraan kami dan pergi ketika air naik," kata seorang warga Zhengzhou bermarga Wang melansir AFP pada Kamis (12/8/2021).
Setidaknya 238.000 kendaraan yang rusak telah dikirim ke “kuburan mobil” seperti yang ada di pinggiran Zhengzhou, kata kepala regulator asuransi Henan, Ma Chao, kepada penyiar CCTV, Selasa (10/8/2021).
Saat bencana bulan lalu, rekor hujan dalam satu tahun di Zhengzhou, ibu kota provinsi Henan dan pusat banjir, turun hanya dalam tiga hari. Lebih dari 290 orang tewas.
Puluhan orang tewas saat terjebak di gerbong kereta bawah tanah yang terendam banjir, tempat parkir bawah tanah, dan terowongan.
VIDEO: ???????? Endless rows of mud-caked vehicles damaged during deadly floods last month sit abandoned in a parking lot in the central Chinese city of Zhengzhou, a monument to the power of the record floods that hit Henan province pic.twitter.com/gG972ngSn1
— AFP News Agency (@AFP) August 12, 2021
Baca juga: Banjir China: Cerita Dramatis Penumpang Selamat di Kereta, dalam 30 Menit Air Sudah Sebahu
Banjir juga memicu rekor klaim asuransi senilai 1,7 miliar AS (Rp 34 triliun), setelah ribuan mobil dan bangunan rusak, menurut perusahaan asuransi Goldman Sachs dalam laporan Juli.
Pemerintah lokal pekan lalu mengatakan kerugian ekonomi akibat banjir telah menggelembung hingga lebih dari 20,65 miliar dollar AS (Rp 296 triliun) dan menjanjikan kompensasi cepat.
Tetapi para kritikus mengatakan prosesnya sangat lambat.
Warga Wang, yang kehilangan mobilnya, menambahkan: "Sekarang mendapatkan kompensasi membuat sakit kepala dengan lusinan formulir yang harus diisi."
Sebuah studi PBB yang dirilis Senin (9/8/2021) memperingatkan bahwa China utara rentan terhadap peristiwa cuaca ekstrem yang lebih aneh, termasuk banjir besar dan kekeringan yang mengancam, karena perubahan iklim.
Baca juga: Banjir China: Curah Hujan Setahun Mengguyur dalam 3 Jam, 33 Orang Tewas
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.