TOKYO, KOMPAS.com - Bagi Carlo Paalam, seorang petinju Filipina, mendapat medali perak di Olimpiade Tokyo tetaplah pencapaian luar biasa.
Sebab dari medali daur ulang itu, dia mengingatkan dirinya mengenai masa lalunya ketika menjadi seorang pemulung.
Di partai puncak kelas terbang, Paalam harus mengakui keunggulan jagoan Britania Raya, Galal Yafai dengan skor 4-1.
Baca juga: Pesan Orangtua Jadi Motivasi Quan Hongchan Sabet Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020
Meski ambisinya menjadi petinju pertama Filipina yang menang emas Olimpiade kandas, Paalam tidak berkecil hati.
"Secara simbolis, medali perak ini mengingatkan saya ketika masih muda, saya adalah pemulung yang mengumpulkan sampah maupun barang bekas," kata Paalam.
Dilansir Rappler, Carlo Paalam menghabiskan masa kecilnya di Talakag, kota kecil yang berlokasi di Provinsi Bukidnon.
Masa sulit petinju berusia 23 tahun itu terjadi ketika dia bekerja di tempat pembuangan sampah di Barangay Carmen, Cagayan de Oro.
Kepada AFP, Paalam mengungkapkan dia tahu medalinya daur ulang, dibuat dari barang bekas, setelah mengidentifikasinya.
Ayah Paalam, Pero Rio, menuturkan tidak pernah terlintas dalam benaknya putranya bakal melaju hingga final.
Baca juga: Mengenal Melo Imai, Atlet Jepang di Olimpiade yang Pernah Bermain Film Dewasa
Dia menceritakan bagaimana dia dan Paalam membagi 150 peso yang didapat dari pertandingan tinju di Cagayan de Oro.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.