Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utusan Myanmar Peringatan PBB tentang Dugaan 'Pembantaian' oleh Junta Militer

Kompas.com - 06/08/2021, 05:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK, KOMPAS.com - Duta Besar Myanmar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menolak meninggalkan jabatannya meskipun dipecat setelah kudeta Februari, telah memperingatkan badan dunia itu tentang "pembantaian yang dilaporkan" oleh junta militer.

Kyaw Moe Tun mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Selasa (3/8/2021) mengatakan 40 mayat telah ditemukan di kotapraja Kani pada Juli di daerah Sagaing di barat laut Myanmar.

Baca juga: Pasca-pertemuan di Jakarta, ASEAN Masih Belum Tunjuk Utusan Khusus untuk Myanmar

Junta telah membantah pembantaian itu, sementara AFP belum dapat memverifikasi laporan secara independen, karena jaringan seluler terputus di wilayah terpencil.

Perwakilan tersebut menulis bahwa tentara menyiksa dan membunuh 16 pria di sebuah desa di kotapraja sekitar 9 dan 10 Juli, setelah itu 10.000 penduduk meninggalkan daerah tersebut.

Dia mengatakan 13 mayat lagi ditemukan pada hari-hari setelah bentrokan antara pejuang lokal dan pasukan keamanan pada 26 Juli.

Kyaw Moe Tun menambahkan bahwa 11 pria lainnya, termasuk seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, tewas dan dibakar di sebuah desa terpisah pada 28 Juli.

Dalam surat itu, duta besar Myanmar untuk PPB mengulangi seruannya untuk embargo senjata global pada junta yang berkuasa, dan "intervensi kemanusiaan mendesak" dari komunitas internasional.

"Kami tidak bisa membiarkan militer terus melakukan kekejaman seperti ini di Myanmar," kata Kyaw Moe Tun kepada AFP.

"Sudah saatnya PBB, khususnya Dewan Keamanan PBB, untuk mengambil tindakan."

Baca juga: ASEAN Akhirnya Tunjuk Utusan Khusus untuk Myanmar, Bertugas Akhiri Kekerasan di Sana

 

Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara menggulingkan kepemimpinan sipil pada 1 Februari. Militer Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat yang telah menewaskan lebih dari 900 orang, menurut kelompok pemantau lokal.

Kyaw Moe Tun dengan penuh semangat menolak kudeta dan menepis klaim junta bahwa dia tidak lagi mewakili Myanmar. PBB masih menganggapnya sebagai utusan yang sah.

Perwakilan itu dipecat oleh junta pada Februari sehari setelah dia memberi hormat tiga jari di Majelis Umum PBB, menyusul pidato berapi-api yang menyerukan kembalinya pemerintahan sipil.

Gerakan "Hunger Games" digunakan secara luas oleh para demonstran pro-demokrasi.

Kyaw Moe Tun, yang telah berulang kali menyerukan intervensi internasional untuk membantu mengakhiri kerusuhan di Myanmar.

Dia mengatakan pada Rabu (4/8/2021) bahwa pihak berwenang AS telah meningkatkan keamanan untuknya setelah ancaman nyata dibuat terhadapnya.

"Ada laporan ancaman terhadap saya," katanya kepada AFP.

"Polisi dan otoritas keamanan di sini di New York sedang menanganinya (ancaman)," tambahnya, tanpa memberikan rincian tentang sifat ancaman itu.

Kepala junta militer Myanmar mengatakan pada Minggu (1/8/2021) pemilihan akan diadakan dan keadaan darurat dicabut pada Agustus 2023, yang artinya memperpanjang garis waktu satu tahun awal militer yang diumumkan beberapa hari setelah kudeta.

Baca juga: AS Tolak Rencana Pemilu yang Ditawarkan Junta Militer Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Global
Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Global
Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Global
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com