ANKARA, KOMPAS.com - Kobaran api menjalar menuju pembangkit listrik tenaga panas Turki pada Selasa (3/8/2021), dan para petani menggiring ternak yang panik ke laut. saat kebakaran hutan yang telah menewaskan delapan orang berkobar selama hari ketujuh.
Negara berpenduduk 84 juta ini terpaku dalam kengerian ketika kebakaran hutan paling merusak dalam beberapa generasi menghapus hutan asli, dan lahan pertanian yang kaya di seluruh pesisir pantai Mediterania dan Aegea Turki.
Turis yang ketakutan terpaksa menggunakan perahu untuk menyelamatkan diri. Puluhan desa dievakuasi saat angin liar dan panas yang membubung menyebarkan api.
Sebuah tim AFP di kota Aegea, Marmaris, melihat para petani menarik hewan-hewan mereka yang menjerit-jerit keluar dari lumbung yang terbakar. Petani berusaha menarik ternaknya ke pantai yang relatif aman.
Baca juga: Kebakaran Hutan Melanda Turki, Orang-orang Melarikan Diri dari Rumah
Para pejabat di negara tetangga Yunani menyalahkan dua kebakaran kecil di pulau Rhodes dan semenanjung Peloponnese, ketika rekor gelombang panas menerjang negara itu yang dikaitkan dengan perubahan iklim.
Suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celcius di selatan Turki juga memicu rekor lonjakan penggunaan listrik. Alhasil pemadaman listrik terjadi pada Senin (2/8/2021) di kota-kota termasuk Ankara dan Istanbul.
Kementerian energi Turki menyalahkan pemadaman pada kondisi seperti kekeringan, yang telah mengosongkan bendungan yang bertanggung jawab untuk produksi pembangkit tenaga air, dan "tingkat rekor" dalam penggunaan listrik di saat udara panas.
Tetapi Wali Kota kota pantai Aegean, Milas, mengatakan dia lebih khawatir tentang apa yang mungkin terjadi jika api yang tidak terkendali menimbulkan gumpalan asap besar di wilayah itu yang menelan pembangkit listrik termal lokal.
Baca juga: Korban Tewas akibat Kebakaran di Turki Capai 6 Orang
Wali Kota Milas Muhammet Tokat mengunggah serangkaian pesan yang semakin mendesak di Twitter. Kicauan itu menunjukkan kobaran api menyebar ke atas bukit menuju lokasi yang diduga pabrik.
"Ini adalah tempat yang kritis," katanya dalam satu video yang menunjukkan kobaran api.
"Api telah mencapai kompleks perumahan," tulisnya satu jam kemudian. "Melampaui bukit ini berarti api akan mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Tokat adalah anggota partai oposisi utama Turki dan salah satu kelompok yang semakin kritis pada tanggapan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, terhadap bencana tersebut.
Pemimpin Turki itu diterjang gelombang kemarahan di media sosial karena melemparkan kantong teh ke penduduk setempat yang kebingungan, saat mengunjungi daerah yang terkena dampak di bawah pengawalan polisi yang ketat akhir pekan lalu.
Banyak orang Turki beralih ke media sosial untuk mencari berita setelah tindakan keras yang mengikuti kudeta yang gagal terhadap Erdogan pada 2016. Sejak itu saluran TV dan surat kabar terkemuka jatuh di bawah pengaruh pemerintah.
Ajudan media Erdogan, Fahrettin Altun, memperingatkan bahwa "informasi yang tersebar di platform media sosial, grup chat, dan forum adalah berita palsu" yang dirancang untuk membuat Turki terlihat lemah.
"Tolong, mari kita mengandalkan pernyataan otoritas resmi," kicaunya.
Baca juga: VIDEO: Kebakaran Hutan Turki Merambat ke Kota, Ada 53 Titik Api, 3 Orang Tewas
Pemerintah mengatakan Senin malam (2/8/2021) telah memadamkan 145 kebakaran dan masih berjuang melawan sembilan titik lainnya.
Menteri pertahanan dan dalam negeri Turki mengatakan mereka juga memobilisasi pasukan untuk membantu petugas pemadam kebakaran.
Polisi mengatakan mereka bermaksud menggunakan tangki penyemprot air dari jenis yang digunakan untuk menghentikan demonstrasi dan unjuk rasa tanpa izin.
Namun Wali Kota Milas mengatakan permohonannya sebelumnya untuk bantuan dari pesawat pemadam kebakaran tidak dijawab.
"Jelas bahwa ini (misinformasi) akan terjadi," kicaunya ketika api mendekati pembangkit listrik. "Aku akan menangis karena marah."
Rüzgar yang?n? Gözdekent civar?na kadar sürüklüyor.. #milasyaniyor pic.twitter.com/lvoDZWbSzU
— Av. Muhammet Tokat (@MuhammetTokat48) August 2, 2021
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.