Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Sejarah Sebut Swiss Terlibat Penjajahan di Indonesia

Kompas.com - 03/08/2021, 18:23 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Jujur saja, sumber yang ada sangat terbuka. Misalnya di Heiden, mereka punya banyak koleksi di era penjajahan. Lalu mereka ingin penjelasan dari semua itu. Banyak ahli dicari.Salah satunya saya sebagai penulis buku itu. Jadi mereka terbuka karena ingin tahu lebih dalam.

Ada juga keluarga Schmidt, bagaimana Anda mengenalnya?

Saya tidak kenal pribadi. Namun saya berbicara dengan mereka yang terlibat. Semacam ambivalen, satu sisi ada koleksi yang menarik, eksotis. Tapi di lain hal itu juga mereka merasa tidak oke, karena eksploitasi.

Apa yang sulit dari menulis buku itu?

Seperti menata puzzle. saya harus menata satu demi satu teka-teki itu. Nama-nama pengusaha Swiss tidak banyak tertulis di koran zaman itu. Dokumen lain, surat menyurat juga sangat seidikit. Misalnya pengusaha tekstil Zimmermann, yang saya harus merekonstruksi dari bukti koran yang tidak banyak.

Bagaimana reaksi orang Swiss terhadap fakta ini?

Tidak banyak reaksi. Ini juga tema yang tidak banyak di media. Tapi akhir-akhir ini mulai berubah. Paling tidak mulai banyak yang tertarik.

Jadi masyarakat Swiss tidak tahu bahwa Swiss itu juga penjajah?

Ya, Swiss tidak banyak tahu. Selama ini yang terkenal sebagai penjajah kan Belanda, Perancis, Jerman atau Belgia. Namun lambat laun akan mengetahui juga, lambat laun akan sadar juga.
.
Benarkah Swiss kaya raya karena kolonialisme?

Pada 1820, saat itu, Swiss 3 kali lebih kaya dari negara miskin. Sekarang 100 kali lebih kaya. Tentu saja ini hubungan yang rumit. Tapi tetap kolonialisme ada peran penting dalam menyumbang kekayaan itu. Sampai sekarang pun demikian. Bahan mentah diekspor ke swiss lalu dijual lagi dalam bentuk produk jadi.

Swiss apakah terlibat dalam perbudakan langsung?

Ya, ada perusahaan di Bern yang terlibat langsung dengan perdagangan manusia. Bern terlibat dalam investasi di Karibia, bagaimana di sana menggunakan budak untuk perkebuman tebu.
Di Lombok, ada juga orang Swiss yang terlibat perdagangan budak sampai era 1860, setelah itu perbudakan di Indonesia dihapus.

Mengapa kolonialisme di Indonesia sangat lama?

Memang lama, tapi juga perjuangan kemerdekaan di Indonesia juga yang pertama. Indonesia berperan penting dalam membebaskan diri dari penjajahan. Indonesia perintis itu, termasuk konferensi Asia-Afrika. Kalian harus bangga dengan perjuangan itu.

Apa yang seharusnya dilakukan orang Swiss sekarang dengan masa lalu semacam itu?

Sampai sekarang secara resmi tidak ada pengakuan bahwa Swiss itu penjajah. Sudah saatnya orang Swiss jujur, bahwa mereka memang penjajah. Harus sadar akan hal itu. Saatnya Swiss sekarang harus ikut mengubah struktur yang ada. Misalnya perusahaan Swiss yang diuntungkan dengan perdagangan bahan mentah di suatu negara, saatnya ada pajak juga yang dibayarkan ke negara itu. Itu lebih penting dari pada sebuah permintaan maaf.

Ada yang ingin disampaikan sehubungan tema ini?

Jika tema kolonialisme dibicarakan, orang akan bereaksi seperti terkejut, melihat hubungan langsung dengan moral, hanya melihat perbudakan, melihat tuan dengan budaknya. Saat ini harus dilihat strukturnya diubah, harus diubah pemikiran bahwa masyarakat kulit putih lebih unggul dari masyarakat lain. Secara ekonomi juga demikian, harus ada perubahan yang adil, sebagaimana pembayaran pajak ke negara yang bahan bakunya dikeruk untuk keuntungan maksimal tadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com