Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Badminton Lebih Populer di Negara Asia dibanding Eropa?

Kompas.com - 02/08/2021, 17:44 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Sportsmole

KOMPAS.com - Siapa tak kenal badminton. Olahraga populer satu ini jadi kebanggaan sebagian besar negara di Asia.

Dilansir Sportsmole, tempat-tempat seperti China dan Indonesia adalah rumah bagi para pemain badminton terbaik dunia.

Itulah sebabnya mereka biasanya mendominasi sebagian besar acara internasional.

Meskipun ada beberapa pengecualian, sebagian besar negara Eropa bahkan tidak dekat dengan olahraga ini.

Negara-negara di benua ini sepertinya lebih tertarik pada sepak bola, bola voli, dan bola basket.

Hanya Denmark, Inggris, Swedia, dan Spanyol yang sejauh ini sering bersaing dengan negara-negara papan atas Asia di ajang badminton.

Masih dilansir Sportsmole, berikut beberapa alasan mengapa badminton kurang populer di negara Eropa.

Baca juga: Greysia/Apriyani Lengkapi Raihan Medali Emas Indonesia dalam Cabor Badminton di Olimpiade

Olahraga Lain Lebih Populer

Di Eropa, orang lebih memilih jenis olahraga lain dibanding badminton. Sebagian besar negara Eropa menyukai hal-hal seperti sepakbola, tenis, Formula 1, dan lain sebagainya.

Tentu saja, ada turnamen badminton, seperti Kejuaraan Badminton Eropa.

Tetapi sepertinya, itu masih belum cukup untuk mempopulerkan olahraga ini.

Baca juga: Hasil Final Badminton Olimpiade Tokyo, Greysia/Apriyani Raih Medali Emas!

Pelatih dan Biaya

Tidak seperti sepak bola dan bola voli, olahraga badminton lebih mahal karena perlu membeli peralatan khusus, seperti kok, sepatu, raket, dan jaring.

Akibatnya, beberapa orang tidak mampu membelinya.

Selain peralatan, hal lain yang mungkin harus dihadapi sebagian orang adalah kursus pelatihan yang mahal.

Hal ini tidak terjadi di sebagian besar negara Asia, yang memang menjadikan badminton sebagai keseharian. Peralatan pun tersedia lengkap, dari yang murah sampai yang mahal.

Baca juga: Jejak Indonesia di Sejarah Badminton Olimpiade dari Masa ke Masa

Tidak Belajar dari Orang Tua

Sebagian besar anak-anak yang tumbuh di Eropa memainkan olahraga yang berbeda. Menariknya, sebagian besar anak-anak "mewarisi" hobi olahraga orang tua mereka.

Tentu saja sebagian besar orang di benua itu belum bermain badminton. Ini membuat anak-anak tidak tahu apa-apa tentang olahraga ini sampai mereka mencapai usia tertentu.

Menjadi pemain badminton profesional pun sangat sulit karena harus bersaing dengan orang-orang yang telah melakukan ini sejak mereka berusia enam tahun, terutama orang Asia.

Baca juga: Ternyata, Badminton Baik untuk Kesehatan Mental dan Cegah Depresi

Sulit Mencari Nafkah

Di Eropa, badminton bukanlah olahraga terkenal dengan kumpulan hadiah besar dan kesepakatan sponsor besar.

Meskipun ada beberapa acara besar yang dapat memberi pemain jumlah uang yang layak, tapi tidak sebesar apa yang bisa didapatkan pemain sepak bola atau tenis.

Itu sebabnya kebanyakan orang Eropa yang bermain badminton, melakukannya hanya untuk bersenang-senang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Sportsmole
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com