Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

780 WN Australia di Indonesia Minta Pulang, Khawatir dengan Varian Delta

Kompas.com - 01/08/2021, 20:35 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber ABC News

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 780 warga Australia di Indonesia yang terdaftar di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) ingin pulang, karena khawatir dengan varian Delta yang menyebar luas di RI.

ABC News pada Minggu (1/8/2021) melaporkan, sekitar 350 di antaranya termasuk golongan rentan tertular Covid-19.

Salah satu keluarga Australia yang terjebak di Indonesia memperingatkan, anak-anak mereka juga dalam bahaya mengingat tingginya angka penularan di kalangan anak kecil.

Baca juga: Ketatnya Lockdown Covid-19 di Australia, Kerahkan Militer dan Helikopter Terapkan Sanksi Jutaan

Sophie Layton dan suaminya telah tinggal di Bali selama 10 tahun dengan menjalankan bisnis.

Mereka berusaha kembali ke Australia bersama dua anaknya, China (13) dan Lucian (10), sejak Februari.

"Situasi di sini terkait Covid sangat buruk," ujar Sophie dikutip dari ABC News.

"Kami semua sangat takut. Kami takut dengan anak-anak kami. Indonesia memiliki tingkat kematian anak-anak tertinggi terkait Covid di dunia, dan anak-anak Australia ini terancam."

Ahli virologi University of Queensland, Kirsty Short, mengatakan bahwa tidak ada data yang tepat untuk menjelaskan tingginya tingkat kasus dan kematian Covid-19 pada anak di Indonesia.

Dr Short mengatakan, meski banyak orang langsung menyalahkan"varian Delta, dia berpendapat buktinya tidak jelas.

"Data dari Inggris menunjukkan varian Delta berpotensi lebih ganas pada orang dewasa, jadi apakah itu di semua kelompok umur?

“Kemungkinan iya, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan untuk itu. Masih terlalu dini untuk dipahami."

"Kalau saya adalah orang tua di Indonesia, saya akan khawatir dengan varian apa pun," terangnya.

Baca juga: Angka Positif Covid-19 Anak Tembus 2.080 Kasus, IDAI Sumbar: Hati-hati Minta Sekolah Gelar Tatap Muka

Minta penerbangan repatriasi

Australia mengurangi separuh kedatangan dari luar negeri Australia pada awal Juli, dan larangan Singapura atas penerbangan dari Indonesia membuat warga Australia terjebak di Indonesia dengan sedikit opsi.

Mereka meminta pemerintah federal untuk membuatkan penerbangan repatriasi.

Pemerintah sementara itu mengatakan, bantuan sedang diupayakan.

"Sebagai bagian dari program global yang sedang berlangsung untuk membantu warga Australia yang ingin kembali ke Australia, pemerintah Australia sedang mempertimbangkan opsi membantu warga Australia yang terdaftar di Indonesia untuk pulang," kata juru bicara DFAT dalam tanggapan tertulis.

Sophie Layton lalu mendesak pemerintah memetik pelajaran dari tsunami Covid-19 India.

"(Indonesia) adalah episentrum global dan kita ada pengalaman India untuk dipelajari bagaimana hal-hal buruk dapat terjadi dan seberapa cepat bisa meningkat," katanya.

"Salah satu hal yang membuatnya lebih mendesak dari apapun adalah situasi anak-anak yang sangat rentan."

Pasangan suami istri asal Sydney, Josh dan Cat Sanders, juga sangat ingin kembali ke rumah dengan putra mereka yang berusia sembilan tahun, Zac, yang menderita autisme.

Mereka pindah dari Sydney ke Jakarta untuk bekerja pada Januari 2020 dan berusaha mendapatkan penerbangan pulang ke Australia sejak Mei tahun ini.

Baca juga: Jika Indonesia Jadi Episentrum Covid-19 Dunia, Apa Langkah Pemerintah Sebaiknya?

Keluarga Sanders sudah berusaha pulang ke Australia selama beberapa bulan.DOK JOSH SANDERS via ABC NEWS Keluarga Sanders sudah berusaha pulang ke Australia selama beberapa bulan.
Josh Sanders takut karena meningkatnya kasus di Indonesia menyebabkan fasilitas kesehatan goyah.

"Ini sangat membuat stres," kata Josh.

Putranya, Zac, tidak bersekolah tatap muka selama lebih dari setahun.

"Dia sudah memiliki beberapa masalah perkembangan sosial dan ketakutan saya padanya adalah dia tidak bermain dengan anak lain seusianya sejak awal tahun lalu," kata Josh.

"Ini benar-benar menyedihkan dan saya tidak tahu apa dampak jangka panjangnya."

“Itulah alasan utamanya kenapa (kami memutuskan pulang)."

Meminta penyediaan vaksin

Bukan hanya keluarga yang ketakutan dan terjebak di Indonesia selama masa sulit ini.

Michael Walden yang berusia 70 tahun tiba di Jakarta untuk urusan bisnis pada Februari 2020 dan terjebak di sana selama 15 bulan. Dia telah membatalkan empat penerbangan pulang.

Ketika visa bisnis 12 bulannya kedaluwarsa, Walden diharuskan mengajukan visa turis, membuatnya tidak memenuhi syarat untuk program vaksin di Indonesia.

Michael Walden terjebak di Indonesia selama 15 bulan, dan tak bisa mendapat vaksin karena persoalan visa.DOK MICHAEL WALDEN via ABC NEWS Michael Walden terjebak di Indonesia selama 15 bulan, dan tak bisa mendapat vaksin karena persoalan visa.
"Ini sebenarnya menakutkan karena saya termasuk dalam kategori berisiko tinggi," keluh Walden.

"Saya sudah mencari ke mana-mana tidak bisa mendapatkan vaksinasi di mana pun."

Michael Walden termasuk orang yang meminta Pemerintah Australia menyediakan vaksin Covid-19 melalui misi bantuannya di Indonesia, seperti yang dilakukan Pemerintah Perancis untuk warganya.

"Saya dapat memahami penundaan dan kesulitan dalam repatriasi, (tetapi) saya meminta mereka berhati-hati dan memastikan ada vaksin yang memadai tersedia untuk ekspatriat di luar negeri," pinta Walden

"Kami tidak dilindungi. Kami seperti orang buangan."

Baca juga: Kisah Diaspora Indonesia di Australia Bantu Tanah Air di Tengah Pandemi

DFAT mengatakan, kebijakan vaksin pemerintah Australia tidak termasuk untuk warga negara Australia di luar negeri.

"Kami mendorong warga Australia di luar negeri untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan setempat untuk saran tentang pilihan vaksin," kata DFAT.

Penerjemah asal Australia yang berdomisili di Jakarta, Amelia Lemondhi, mengatakan stok vaksin langka.

Suaminya, Mondi, positif Covid-19 seminggu yang lalu dan Lemondhi menunjukkan gejala.

Akibat fasilitas kesehatan Indonesia yang kewalahan menghadapi wabah Covid-19, Mondi dan Amelia Lemondhi ingin pulang ke Australia.DOK AMELIA LEMONDHI via ABC NEWS Akibat fasilitas kesehatan Indonesia yang kewalahan menghadapi wabah Covid-19, Mondi dan Amelia Lemondhi ingin pulang ke Australia.
Pasutri dari Sydney itu pindah ke Indonesia sejak 2018 dan sudah berusaha pulang sejak Mei.

Dengan faskes Indonesia yang kewalahan dan banyak rumah sakit kehabisan oksigen, dia khawatir tentang keselamatan mereka.

"Kekhawatiran saya adalah mendengar cerita tentang pneumonia yang terjadi secara tiba-tiba dan apa yang terjadi pada hari ke-10 saat virus berkembang," katanya.

"Baru-baru ini kami memiliki seorang teman yang dirawat di rumah sakit karena Covid dan meninggal dengan komplikasi pneumonia, dan dia berusia awal 40-an."

Lemondhi dan Mondi ingin pulang ke rumah setelah mereka dites negatif.

"Saya benar-benar khawatir. Saya ingin tahu apa kita memiliki pilihan medis yang seharusnya kita miliki," ujar Lemondhi.

Baca juga: Seorang Pria yang PP Indonesia-Australia Tularkan Varian Delta di Brisbane

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber ABC News
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com