Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2021, 05:04 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

DHAKA, KOMPAS.com - Bangladesh mengalami lonjakan kasus demam berdarah, yang menambah tekanan terhadap sistem kesehatan yang sudah rapuh menghadapi krisis Covid-19.

Pada awal bulan ini hingga Jumat (30/7/2021), 1.920 orang didiagnosis terkena penyakit demam berdarah, menandai lonjakan lebih dari 600 persen kasus dibandingkan pada Juni yang dilaporakan 272 kasus.

Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (DGHS), total 2.292 pasien telah didiagnosis menderita demam berdarah tahun ini, termasuk setidaknya 3 kematian.

Baca juga: Kondisi Sejumlah Negara Hadapi Covid-19 Varian Delta dari Bangladesh, Indonesia hingga Israel

Hampir semua kasus demam berdarah, kecuali 70 pasien, berada di Dhaka, ibu kota Bangladesh yang berpenduduk 17 juta orang.

Wabah demam berdarah telah memberikan tekanan lebih lanjut pada layanan kesehatan Bangladesh, yang sudah di ambang kehancuran karena gelombang ketiga Covid-19 yang ganas, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Jumat (30/7/2021).

Pada Kamis (29/7/2021) malam waktu setempat, DGHS mencatat 239 kematian terkait Covid-19 dilaporkan di seluruh negeri dalam 24 jam terakhir, meningkatkan jumlah kematian menjadi 20.255.

Selama periode yang sama, 15.271 kasus baru Covid-19 dilaporkan, menjadikan total beban kasus menjadi 1.226.253.

Pekan lalu, salah satu warga Bangladesh bernama Afsarul Haque pertama kali mendapati dirinya demam mencapai 39 Celcius, dia mengira dia terinfeksi Covid-19.

Bankir berusia 38 tahun itu langsung menelepon laboratorium swasta untuk melakukan tes Covid-19. Sehari kemudian, hasilnya keluar menunjukkan negatif.

Namun, demamnya terus memburuk disertai sakit kepala.

Baca juga: Update Krisis Covid-19 India: Oksigen Bagaikan Emas, Bangladesh Tutup Perbatasan, Kiriman Bantuan Internasional

“Pemikiran terkena demam berdarah sama sekali tidak terlintas di benak saya,” kata Haque kepada Al Jazeera.

"Namun, salah satu kerabat saya meminta untuk tes demam berdarah. Saya melakukannya dan hasilnya positif," ungkapnya.

Haque telah berada di rumah seperti anjuran dokter dan meminum sejumlah obat.

“Saya sekarang dalam pemulihan. Tapi, trauma mental yang saya alami sangat melelahkan.”

Haque beruntung dapat terselamatkan, berbeda dengan Sayeeda Nasrin Bably. Dosen wanita di salah satu universitas yang berusia 35 tahun tewas karena demam berdarah pada 7 Juli.

Halaman:
Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com