Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Peringatkan Afghanistan Akan Jadi "Negara Pariah" jika Taliban Berkuasa

Kompas.com - 29/07/2021, 18:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

KABUL, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa Afghanistan akan menjadi "negara pariah", jika Taliban mengambil alih kekuasaan.

"(Pihak) Afghanistan yang tidak menghormati hak masyarakatnya, Afghanistan yang menjalankan kekajaman terhadap masyarakatnya sendiri, akan menjadi negara pariah," kata Blinken dalam kunjungannya di India pada Rabu (28/7/2021).

Sementara itu, delegasi tingkat atas dari Taliban telah mengunjungi China untuk meyakinkan para pejabat tentang kewajiban internasional mereka di Afghanistan.

Baca juga: Pejabat Tinggi China dan Taliban Bertemu Jelang Penarikan Penuh Pasukan AS dari Afghanistan

Di China, pemimpin kelompok bersenjata itu meyakinkan Bejing bahwa mereka tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan sebagai basis perang melawan negara lain.

Salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar di antara delegasi lain yang mengunjungi China, saat kelompok militan tersebut melanjutkan serangan besar-besaran di Afghanistan, termasuk di sepanjang daerah perbatasan Afghanistan-China.

Perbatasan Afghanistan-China hanya sepanjang 76 kilometer, dan berupa dataran tinggi yang terjal tanpa persimpangan jalan. China takut Afghanistan kemudian dimanfaatkan sebagai tempat pementasan perlawanan kelompok separatis Uighur di Xinjiang.

Baca juga: Kepada China, Taliban Janji Afghanistan Takkan Jadi Sarang Separatis

Melansir Al Jazeera pada Kamis (29/7/2021), juru bicara Taliban Mohammad Naeem mengatakan kepada AFP bahwa hal itu adalah kekhawatiran yang tidak berdasar dari China.

"Emirat Islam (Taliban) meyakinkan China bahwa tanah air Afghanistan tidak akan digunakan untuk melawan keamanan negara mana pun...Mereka (China) berjanji untuk tidak ikut campur dalam urusan Afghanistan tetapi sebaliknya membantu memecahkan masalah dan membawa perdamaian,” ujar Naeem.

China mengkonfirmasi pembicaraan itu, yang mana delegasi China dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Wang Yi.

Namun di Kabul, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mendesak masyarakat internasional "untuk meninjau narasi kesediaan Taliban dan para pendukung mereka dalam mencapai solusi politik".

Baca juga: Puluhan Warga Afghanistan Diseret dari Rumahnya dan Dieksekusi oleh Taliban

"Dalam hal skala, ruang lingkup, dan waktu, kami menghadapi invasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 30 tahun terakhir," ujar Ghani pada Rabu (28/7/2021).

Di New Delhi, Blinken memperingatkan Taliban bahwa mereka harus berubah jika menginginkan penerimaan global.

“Taliban mengatakan bahwa mereka mencari pengakuan internasional, bahwa mereka menginginkan dukungan internasional untuk Afghanistan. Sepertinya, ingin pemimpinnya bisa bebas bepergian di dunia, sanksi dicabut, dll,” kata Blinken.

“Pengambilalihan negara dengan paksa dan menyalahgunakan hak-hak rakyatnya bukanlah jalan untuk mencapai tujuan tersebut,” terangnya.

Baca juga: China Pasang Utusan Baru untuk Afghanistan, Niat Cegah Perang Saudara Lintas Perbatasan

Para analis mengatakan bahwa China, yang notabene menganut kebijakan luar negeri non-intervensi dalam masalah negara lain, merasa muak dengan religiusitas Taliban, mengingat kedekatannya dengan Xinjiang yang mayoritas Muslim.

Namun adanya pertemuan dua pihak, memberikan legitimasi kepada Taliban yang mencari pengakuan internasional, dan pelindung potensial di PBB, untuk menyetarakan pasukan militer mereka di seluruh dunia.

"Wang Yi menunjukkan, Taliban Afghanistan adalah kekuatan militer dan politik yang penting di Afghanistan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian kepada wartawan di Beijing.

"China selama ini menganut non-intervensi dalam urusan internal Afghanistan...Afghanistan adalah milik rakyat Afghanistan," katanya, sangat kontras dengan "kegagalan kebijakan AS terhadap Afghanistan".

Baca juga: PBB: Warga Sipil Korban Perang di Afghanistan Capai Rekor Tertinggi, 783 Tewas dan 1.609 Terluka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com