Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Mobil Listrik Melonjak, Apakah Litium akan Habis?

Kompas.com - 24/07/2021, 21:35 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Uni Eropa mengandalkan kendaraan listrik untuk membantu memenuhi target iklimnya. Namun, karena permintaan mobil listrik melonjak, bahan baku tertentu mulai menipis.

Tahun 2020 bukan hanya tahun pandemi. Tahun ini juga merupakan tahun dimana e-mobilitas berkembang pesat di Eropa, dengan pendaftaran kendaraan listrik baru melonjak sebesar 137 persen.

Dari 20 bahan berbeda yang digunakan untuk memproduksi baterai mobil elektronik, litium dianggap yang paling penting karena logam ringan yang unik ini merupakan komponen kunci dari baterai isi ulang kapasitas tinggi berkat potensi elektrokimianya. Litium juga tidak bisa diganti dengan bahan lain.

Baca juga: Inspirasi Energi: Perbedaan Mobil Listrik, Mobil Hybrid, dan Mobil Plug-in Hybrid

"Teknologi baterai yang telah kami rancang selama 10 hingga 15 tahun ke depan membutuhkan litium. Tidak ada yang bisa menggantikannya," kata Michael Schmidt, ahli geologi ekonomi di Badan Sumber Daya Mineral Jerman (DERA), kepada DW.

Litium terdapat pada sekitar 0,0007 persen kerak Bumi dan meskipun telah ditambahkan ke daftar bahan baku penting UE pada tahun 2020, Schmidt mengatakan litium sebenarnya tidak dianggap langka.

Ini terdistribusikan secara luas di antara bebatuan, tanah dan perairan laut dan lebih banyak lagi yang telah ditemukan dalam beberapa tahun terakhir. Sumber daya litium global yang teridentifikasi sekarang mencapai 86 juta ton, menurut Survei Geologi AS.

Beberapa ilmuwan memprediksi bahwa pasokan litium yang teridentifikasi akan memungkinkan kita untuk menempatkan sekitar 3 miliar mobil listrik di jalan sebelum bahan itu habis sekitar tahun 2100. Armada mobil konvensional yang ada di dunia saat ini diperkirakan sekitar 1,5 miliar kendaraan.

Baca juga: Mobil Listrik Pertama Lebanon Diluncurkan di Tengah Krisis Ekonomi Sejak 2019

Komisi Eropa telah memperkirakan untuk memenuhi target netralitas iklimnya, yang akan sangat bergantung pada e-mobilitas, UE akan membutuhkan hingga 18 kali lebih banyak litium pada 2030 dan 60 kali lebih banyak pada 2050.

Eropa sepenuhnya bergantung pada impor litium dan harga telah melonjak lebih dari 60 persen sejak awal tahun.

"Pasar saat ini cenderung sedikit, 80.000 ton diproduksi secara global pada tahun 2020, dan hanya sekitar 70 persen yang mampu digunakan baterai," kata Schmidt.

Pasar litium didominasi oleh segelintir pemain di Australia (penambangan batuan keras) dan Amerika Selatan (penambangan air asin) yang menyumbang 85 persen dari produksi litium, dan perusahaan-perusahaan ini perlu berinvestasi hingga 10 miliar euro pada 2030 untuk memenuhi permintaan litium yang terus meningkat, menurut Schmidt.

Baca juga: Inspirasi Energi: 5 Mobil Listrik Tercepat di Dunia pada 2021

Litium nol-karbon dari Lembah Rhein?

Eropa saat ini tidak memiliki produksi litium sendiri, tetapi, kata Schmidt, ada potensi untuk mengambilnya dalam skala besar di sini — sesuatu yang dapat membantu menjaga harga dan mengurangi ketergantungan Eropa pada impor dari benua yang jauh dan berjejak karbon.

Perusahaan Jerman-Australia Vulcan Energy Resources misalnya, ingin mengambil litium dari Lembah Rhein di Jerman, area seluas sekitar 12.000 kilometer persegi yang merupakan cadangan litium terbesar di Eropa. Menurut beberapa perkiraan cukup untuk membuat 400 juta baterai mobil listrik.

Vulcan bertujuan untuk menghasilkan litium nol-karbon yang harganya sekitar setengah dari metode ekstraksi litium konvensional.

"Kami ingin mencapai ini dengan menggabungkan energi terbarukan dan ekstraksi litium," kata Horst Kreuter, salah satu pendiri dan direktur Vulcan Energy Resources cabang Jerman, kepada DW.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com