Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Pengamat Uni Afrika, Israel Akan Bantu Lawan Corona dan Terorisme

Kompas.com - 24/07/2021, 15:36 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

JOHANNESBURG, KOMPAS.com - Setelah hampir 20 tahun upaya diplomatik, Israel telah mencapai status observer atau pengamat di Uni Afrika (AU).

Dilansir Al Jazeera, Duta Besar Israel untuk Ethiopia, Burundi, dan Chad Aleli Admasu pada Kamis (22/7/2010), menyerahkan kredensialnya pada Moussa Faki Mahamat, Ketua Komisi Uni Afrika.

Penyerahan dilakukan di markas besar blok itu di ibukota Ethiopia, Addis Ababa.

Baca juga: Afrika Selatan Jual Satu Juta Vaksin AstraZeneca Tak Terpakai ke Uni Afrika

“Ini adalah hari perayaan untuk hubungan Israel - Afrika,” kata Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid.

Dirinya juga menyebut bahwa Israel saat ini memiliki hubungan dengan 46 negara Afrika.

Israel sebelumnya memegang status pengamat di Organisasi Persatuan Afrika (OAU). Tetapi hal ini telah lama digagalkan pasca-OAU dibubarkan pada tahun 2002 dan digantikan oleh AU.

"Ini mengoreksi anomali yang telah ada selama hampir dua dekade dan merupakan bagian penting dari penguatan jalinan hubungan luar negeri Israel," kata Kementerian Luar Negeri Israel.

Pembentukan formal status pengamat Israel dengan AU akan memungkinkan kerja sama yang lebih kuat antara kedua pihak dalam berbagai aspek.

"Termasuk perang melawan virus corona dan pencegahan penyebaran terorisme ekstremis di benua Afrika," ujar Kemenlu Israel.

Baca juga: Pemimpin Negara Uni Afrika Sepakat Bentuk Badan Urusan Migrasi

Dalam pernyataan terpisah, Faki menekankan posisi AU atas konflik Israel - Palestina yang sudah berlangsung lama, menegaskan kembali sikap blok itu bahwa solusi dua negara "diperlukan untuk hidup berdampingan secara damai".

“Faki menekankan bahwa jalan menuju perdamaian dan stabilitas jangka panjang, mengharuskan proses perdamaian dan solusi yang dicari tidak hanya dapat diterima, tetapi harus menjamin hak semua pihak,” bunyi pernyataan AU.

Pada Mei, Faki mengutuk Israel ketika pasukannya membombardir Jalur Gaza yang terkepung selama 11 hari, serta serangan pasukan keamanan Israel di Masjid Al-Aqsa.

Dia mengatakan tentara Israel bertindak “sangat melanggar hukum internasional”.

Baca juga: Uni Afrika: Trump Harus Minta Maaf atas Komentarnya

Faki juga sempat menggunakan KTT tahun lalu untuk mengecam rencana mantan presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah.

Dirinya mendapat tepuk tangan di aula utama AU ketika mengatakan bahwa tindakan AS bisa "menginjak-injak hak-hak rakyat Palestina".

Palestina juga sudah memiliki status pengamat di AU, dan diplomat Israel telah mengkritik pernyataan AU baru-baru ini tentang konflik Israel - Palestina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com