KOMPAS.com - Pembunuhan massal orang-orang Armenia di Kekaisaran Ottoman, yang dimulai lebih dari seabad yang lalu, sering disebut sebagai genosida pertama abad ke-20, meskipun kata "genosida" belum ada waktu itu.
Dilansir CNN, masalah penyebutan pembunuhan itu sebagai genosida adalah hal yang emosional, baik bagi orang Armenia, yang merupakan keturunan dari mereka yang terbunuh, maupun bagi orang Turki, pewaris Utsmaniyah.
Bagi kedua kelompok, pertanyaan ini menyentuh identitas nasional maupun fakta sejarah.
Beberapa orang Armenia merasa kebangsaan mereka tidak dapat terjadi sepenuhnya, kecuali kebenaran tentang apa yang terjadi pada leluhur mereka diakui.
Sementara beberapa orang Turki masih memandang orang-orang Armenia sebagai ancaman bagi Kekaisaran Ottoman di masa perang, dan mengatakan banyak orang dari berbagai etnis, termasuk orang Turki, tewas dalam kekacauan perang.
Selain itu, beberapa pemimpin Turki khawatir bahwa pengakuan genosida dapat menyebabkan tuntutan perbaikan yang besar.
Masih dilansir CNN, berikut beberapa fakta tentang "genosida" Armenia ini.
Baca juga: Erdogan Marah ke Biden yang Sebut Turki Ottoman Lakukan Genosida pada 1,5 Juta Orang Armenia
Pemicu Pembantaian
Turki Utsmani, yang memasuki Perang Dunia I di pihak Jerman dan Kekaisaran Austro-Hungaria, khawatir orang-orang Armenia yang tinggal di Kekaisaran Ottoman akan menawarkan bantuan massa perang ke Rusia.
Rusia telah lama mendambakan kontrol Konstantinopel (sekarang Istanbul), yang mengontrol akses ke Laut Hitam, yang akses ke satu-satunya pelabuhan Rusia sepanjang tahun.
Pada tahun 1914, otoritas Utsmaniyah sudah menggambarkan orang-orang Armenia sebagai ancaman bagi keamanan kekaisaran.
Kemudian, pada malam 23-24 April 1915, pihak berwenang di Konstantinopel, ibu kota kekaisaran, mengumpulkan sekitar 250 intelektual dan tokoh masyarakat Armenia. Banyak dari mereka akhirnya dideportasi atau dibunuh.
Lalu pada 24 April, yang dikenal sebagai Minggu Merah, diperingati sebagai Hari Peringatan Genosida oleh orang-orang Armenia di seluruh dunia.
Banyak sejarawan setuju bahwa jumlah korban ada di kisaran 2 juta jiwa. Namun, korban pembunuhan massal juga termasuk beberapa dari 1,8 juta orang Armenia yang tinggal di Kaukasus di bawah kekuasaan Rusia.
Beberapa di antaranya dibantai pasukan Ottoman pada 1918, saat mereka berbaris melalui Armenia Timur dan Azerbaijan.