MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia pada Kamis (22/7/2021) mengatakan, mereka mengajukan aduan ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR) yang menuduh Ukraina bertanggung jawab atas insiden jatuhnya Malaysia Airlines MH17.
Jaksa mengatakan, Ukraina juga disalahkan oleh Rusia atas kematian warga sipil dalam pemberontakan 2014 di Kiev, saat konflik dengan separatis pro-Moskwa di timur negara itu merenggut lebih dari 13.000 nyawa.
Rusia juga menuduh bahwa penembakan Ukraina telah membunuh dan melukai orang-orang di Rusia selatan.
Baca juga: Tandingi F-35, Rusia Luncurkan Jet Tempur Siluman Terbaru, Mampu Serang 6 Target Sekaligus
Menteri Kehakiman Ukraina Denys Malyuska mengolok-olok kasus itu, dengan mengatakan Moskwa seperti melakukan acara bincang-bincang dengan pengadilan yang berbasis di Strasbourg tersebut.
"Dalam pengaduan ke pengadilan, mereka membeberkan semua mitos propaganda Rusia," tulisnya di Facebook.
"Dari sudut pandang hukum, kekalahan tak terelakkan sedang menunggu mereka."
Menurut Rusia, Kiev menolak menutup wilayah udara di timur Ukraina yang dilanda perang.
Namun klaim Rusia bertentangan dengan temuan penyelidikan internasional.
Rudal itu dikatakan berasal dari brigade tentara Rusia, dan empat orang yang terkait dengan separatis pro-Rusia diadili karena pembunuhan atas kematian tersebut.
Kantor kejaksaan di Moskwa mengatakan, dokumen pengadilan juga menuduh Kiev melakukan diskriminasi terhadap penutur dan perusahaan Rusia serta memotong pasokan air tawar ke Krimea, yang dianeksasi oleh Moskwa pada 2014.
"Angkatan bersenjata Ukraina melakukan tindakan yang menimbulkan ancaman nyata bagi kehidupan dan kesehatan warga Rusia yang tinggal di wilayah perbatasan, serta memaksa ribuan warga Ukraina untuk mencari perlindungan di Rusia," tambah pernyataan itu.
Baca juga: Putin Berencana Caplok Donbass, Kobarkan Perang Lawan Ukraina?
"Tentu saja, Rusia berhak mengharapkan ECHR menanggapi proses negatif ini," kata Peskov.
Kementerian Luar Negeri Rusia mendesak, pengadilan harus mempelajari materi kasus dengan hati-hati dan menangani pengaduan dengan tidak memihak.
Hubungan antara Ukraina dan Rusia memburuk setelah pemberontakan pro-Barat di Ukraina pada 2014 menggulingkan kepemimpinan yang didukung Kremlin.
Kiev dan para sekutu Baratnya menuduh Moskwa mengirim pasukan dan senjata untuk mendukung separatis. Rusia membantah klaim tersebut.
Setelah gencatan senjata pada paruh kedua 2020, ketegangan meningkat lagi tahun ini, terutama setelah Rusia mengerahkan sekitar 100.000 tentara ke perbatasan Ukraina pada musim semi.
Baca juga: 17 Juli 2014, MH17 Jatuh Tertembak Rudal di Ukraina, Bagaimana Detik-detik Insiden Mencekam Itu?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.