Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Bangun “Tembok Besar” Baru di Laut China Selatan Dilengkapi Pangkalan Militer Besar

Kompas.com - 20/07/2021, 19:10 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber The Sun

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - China diklaim secara diam-diam membangun “Tembok Besar” baru di Laut Cina Selatan.

Beijing telah membuka pangkalan militer besar di sebuah "pulau benteng" dalam sengketa Laut China Selatan yang strategis, seiring meningkatnya konflik.

Baca juga: Filipina Usir Kapal Tempur Beijing di Laut China Selatan

Foto satelit yang dilihat oleh Washington Times, menunjukkan penyebaran pesawat peringatan dan kontrol Angkatan Udara China (PLA) KJ-500, ke Mischief Reef di Kepulauan Spratly pada Mei dan Juni.

Sementara foto satelit lainnya menunjukkan penempatan pesawat angkut Y-9 dan helikopter Z- 8 di Subi Reef.

Mantan perwira intelijen angkatan laut AS, Michael Dahm, yang saat ini bekerja dengan Universitas Johns Hopkins mengatakan foto satelit baru menunjukkan penempatan itu tampak permanen.

“Perubahan paling signifikan dalam postur militer pada 2021 adalah munculnya pesawat dan helikopter misi khusus China di Subi dan Mischief Reefs, menunjukkan PLA mungkin telah memulai operasi udara rutin dari lapangan udara tersebut,” kata dia melansir The Sun pada Senin (19/7/2021).

Perubahan itu terjadi ketika tahun lalu China diklaim menggunakan krisis Covid-19 untuk menegaskan kendali atas Laut China Selatan yang vital.

Patroli anti-kapal selam Y-8Q dan peringatan dini & kontrol udara KJ-500 terlihat di Subi Reef, laut china selatan.
MAXAR via THE SUN Patroli anti-kapal selam Y-8Q dan peringatan dini & kontrol udara KJ-500 terlihat di Subi Reef, laut china selatan.

Baca juga: Memanas, Beijing Usir Kapal Perusak AS di Laut China Selatan

Beijing mengeklaim memiliki sebagian besar petak laut yang disengketakan, meskipun ada beberapa negara lain memiliki klaim yang tampaknya sah berdasarkan hukum internasional, seperti Taiwan, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei.

Sebuah keputusan independen dari pengadilan yang didukung PBB menyangsikan klaim itu, dengan mengatakan bahwa perairan itu bersifat internasional.

Konvensi tersebut menyatakan bahwa klaim negara atas perairan di sekitar mereka harus diukur dari daratan.

Untuk menggagalkan ini, Beijing telah membangun pulau-pulau buatan di atas terumbu karang di tengah Laut Cina Selatan selama bertahun-tahun, sebelum menggunakannya sebagai pangkalan militer – meskipun berjanji untuk tidak melakukannya.

Pada 2015, China bersikeras sedang membangun tempat berlindung yang aman dan fasilitas penyelamatan, untuk penangkapan ikan komersial dan pengiriman di terumbu Paracel dan Pulau Spratly.

"Kegiatan konstruksi relevan yang dilakukan China di Kepulauan Nansha (Spratly) tidak menargetkan atau berdampak pada negara mana pun, dan China tidak bermaksud mengejar militerisasi," kata Xi pada saat itu setelah foto satelit mengungkapkan China telah mengubah serangkaian pulau yang disengketakan menjadi benteng.

Kehadiran pesawat tempur modern akan ''mengisi celah kritis dalam kemampuan angkatan laut PLA di Laut Cina Selatan, terutama dalam hal pengintaian dan kekuatan udara,'' tambah Dahm.

Baca juga: AS Ancam Beijing: Jangan Coba-coba Serang Filipina di Laut China Selatan

Peningkatan kontrol China

“Ini menunjukkan bahwa China sedang berusaha untuk meningkatkan kontrolnya atas wilayah tersebut,” kata Direktur eksekutif nasional Australian Institute of International Affairs (AIIA) Dr Bryce Wakefield kepada news.com.au.

''Pesawat ini akan memungkinkan China untuk menggunakan aset di kawasan itu secara lebih efektif, yang disebut milisi maritim, misalnya, untuk melancarkan kampanye gangguan mereka dalam skenario perang.''

''China telah mengerahkan AWACS ke Mischief Reef sebelumnya, tetapi tampaknya sekarang ini adalah penyebaran yang lebih teratur dan permanen,'' tambahnya.

Penempatan itu terjadi setelah China mengeklaim sebuah kapal perang AS secara ilegal memasuki perairan teritorialnya di dekat Kepulauan Paracel tanpa izin pada Mei.

Dalam sebuah pernyataan, Southern Theatre Command Militer China mengatakan tindakan AS melanggar kedaulatan China dan merusak perdamaian dan stabilitas regional.

Baca juga: Ketegangan Meningkat, AS Kirim Kapal Induk USS Ronald Reagan ke Laut China Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Sun
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com